Diantara rangkaian ibadah-ibadah dalam
bulan suci Ramadhan yang dangat dipelihara sekaligus diperintahkan
(dianjurkan ) oleh Rasulullah SAW adalah i’tikaf. Setiap muslim
dianjurkan (disunnatkan) untuk beri’tikaf di masjid, terutama pada 10
hari terakhir bulan Ramadhan. I’tikaf merupakan sarana meditasi dan
kontemplasi yang sangat efektif bagi muslim dalam memelihara
keislamannya khususnya dalam era globalisasi, materialisasi dan
informasi kontemporer.
I’tikaf dalam pengertian bahasa berarti ‘berdiam diri yakni tetap di atas sesuatu’. Sedangkan dalam pengertian syari’ah agama, I’tikaf berarti
‘berdiam diri di masjid sebagai ibadah yang disunahkan untuk dikerjakan
di setiap waktu dan diutamakan pada bulan suci Ramadhan, dan lebih
dikhususkan sepuluh hari terakhir untuk mengharapkan datangnya Lailatul
Qadr’. Dalam hal ini Rasulullah saw. bersabda :
عن ابن عمر رضي الله عنهما قال :كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يعتكف العشر الأواخر من رمضان ، متفق عليه .
“Dari Ibnu Umar ra. ia berkata, Rasulullah saw. biasa beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir pada bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
عن أبي هريرة رضى الله عنه قال كان النبي صلى الله عليه وسلم يعتكف في كل رمضان عشرة أيام فلما كان العام الذي قبض فيه اعتكف عشرين يوما ـ رواه البخاري.
“Dari Abu Hurairah R.A. ia berkata, Rasulullah SAW. biasa beri’tikaf pada tiap bulan Ramadhan sepuluh hari, dan tatkala pada tahun beliau meninggal dunia beliau telah beri’tikaf selama dua puluh hari.” (HR. Bukhari).
Sebagian ulama mengatakan bahwa ibadah I’tikaf hanya bisa dilakukan dengan berpuasa.
Tujuan I’tikaf.
1. Dalam rangka menghidupkan sunnah
sebagai kebiasaan yang dilakukan oleh Rasulullah saw. dalam rangka
pencapaian ketakwaan hamba.
2. Sebagai salah satu bentuk penghormatan kita dalam meramaikan bulan suci Ramadhan yang penuh berkah dan rahmat dari Allah swt.
3. Menunggu saat-saat yang baik untuk
turunnya Lailatul Qadar yang nilainya sama dengan ibadah seribu bulan
sebagaimana yang difirmankan oleh Allah dalam surat 97:3.
4. Membina rasa kesadaran imaniyah kepada Allah dan tawadlu’ di hadapan-Nya, sebagai mahluk Allah yang lemah.
Rukun I’tikaf.
I’tikaf dianggap syah apabila dilakukan di masjid dan memenuhi rukun-rukunnya sebagai berikut :
1. Niat. Niat adalah kunci segala amal hamba Allah yang betul-betul mengharap ridla dan pahala dari-Nya.
2. Berdiam di masjid. Maksudnya dengan diiringi dengan tafakkur, dzikir, berdo’a dan lain-lainya.
3. Di dalam masjid. I’tikaf dianggap syah
bila dilakukan di dalam masjid, yang biasa digunakan untuk sholat
Jum’ah. Berdasarkan hadist Rasulullah saw.
” ولا اعتكاف إلا في مسجد جامع ـ رواه أبو داود.
“Dan tiada I’tikaf kecuali di masjid jami” (HR. Abu Dawud)
4. Islam dan suci serta akil baligh.
Cara ber-I’tikaf.
1. Niat ber-I’tikaf karena Allah. Misalnya dengan mengucapkan : Aku berniat I’tikaf karena Allah ta’ala.
نويت الاعتكاف لله تعالى
2. Berdiam diri di dalam masjid dengan
memperbanyak berzikir, tafakkur, membaca do’a, bertasbih dan
memperbanyak membaca Al-Qur’an.
3. Diutamakan memulai I’tikaf setelah shalat subuh, sebagaimana hadist Rasulullah saw.
وعنها رضى الله عنها قالت كان النبي صلى الله عليه وسلم إذا أراد أن يعتكف صلى الفجر ثم دخل معتكفة “ـ متفق عليه .“Dan dari Aisyah, ia berkata bahwasannya Nabi saw. apabila hendak ber-I’tikaf beliau shalat subuh kenudian masuk ke tempat I’tikaf.” (HR. Bukhari Muslim)
4. Menjauhkan diri dari segala perbuatan yang tidak berguna. Dan disunnahkan memperbanyak membaca:
أللهم إنك عفو تحب العفو فاعف عنا“Ya Allah sesungguhnya Engkau Pemaaf, maka maafkanlah daku.”
Waktu I’tikaf.
1. Menurut mazhab Syafi’i I’tikaf dapat
dilakukan kapan saja dan dalam waktu apa saja, dengan tanpa batasan
lamanya seseorang ber-I’tikaf. Begitu seseorang masuk ke dalam masjid
dan ia niat I’tikaf maka syahlah I’tikafnya.
2. I’tikaf dapat dilakukan selama 1 bulan
penuh, atau 20 hari. Yang lebih utama adalah selama 10 hari terakhir
bulan suci Ramadhan sebagaimana dijelaskan oleh hadist di atas.
Hal-hal yang membatalkan I’tikaf.
1. Berbuat dosa besar.
2. Bercampur dengan istri.
3. Hilang akal karena gila atau mabuk.
4.Murtad (keluar dari agama).
5. Datang haid atau nifas dan semua yang mendatangkan hadas besar.
6. Keluar dari masjid tanpa ada keperluan
yang mendesak atau uzur, karena maksud I’tikaf adalah berdiam diri di
dalam masjid dengan tujuan hanya untuk ibadah.
7. Orang yang sakit dan membawa kesulitan dalam melaksanakan I’tiakf.
Hikmah Ber-I’tikaf .
1. Mendidik diri kita lebih taat dan tunduk kepada Allah.
2. Seseorang yang tinggal di masjid mudah
untuk memerangi hawa nafsunya, karena masjid adalah tempat beribadah
dan membersihkan jiwa.
3. Masjid merupakan madrasah ruhiyah yang
sudah barang tentu selama 10 hari ataupun lebih hati kita akan terdidik
untuk selalu suci dan bersih.
4. Tempat dan saat yang baik untuk menjemput datangnya Lailatul Qadar.
5. I’tikaf adalah salah satu cara untuk meramaikan masjid.
6. Dan ibadah ini adalah salah satu cara untuk menghormati bulan suci Ramadhan.
(Pesantren Virtual)