Ketika
kita membaca kisah-kisah para wali, kita sering mendengar sosok yang
bernama Khidhir. Sebenarnya siapakah beliau, apakah beliau masih hidup
hingga sekarang atau sudah meninggal?
Al-Qur'an
mengisahkan tentang seorang hamba Allah SWT pada masa Nabi Musa AS yang
mempunyai derajat sangat tinggi di sisi-Nya. Kisah itu disebutkan dalam
surat al-Kahfi, ayat 65: "Lalu
mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang
telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami
ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami." Para ahli
tafsir mengatakan bahwa yang dimaksud dengan hamba pada ayat tersebut
ialah Khidhir AS. Kemudian yang dimaksud dengan rahmat ialah wahyu dan
kenabian. Sedangkan yang dimaksud dengan ilmu, ialah ilmu tentang
hal-hal yang ghaib. Hadits-hadits Nabi SAW juga menceritakan seorang
hamba yang shalih ini.[1] Menurut Imam Nawawi kita boleh menyebut Khadhir (dengan membaca fathah kha' dan kasrah dlad), Khidhr (dengan membaca kasrah kha' dan dlad yang dibaca sukun) atau Khadhr (dengan membaca fathah kha' dan dlad yang dibaca sukun).[2]
Namun nampaknya masyarakat kita lebih akrab menyebutnya Khidhr atau
Khidhir. Maka dari itu, dalam tulisan ini kami menggunakan sebutan yang
terakhir ini.
al-Imam Kamaluddin al-Damiri (w. 808 H) dalam ensiklopedinya yang berjudul Hayat al-Hayawan al-Kubra menuturkan tentang perbedaan
para ulama mengenai nama Khidhir. Namun menurut pendapat yang ashah,
sebagaimana dinukil dari para ahli sejarah dan juga dari Nabi SAW,
sebagaimana yang kutip oleh Imam al-Baghawi dan ulama lainnya
berpendapat bahwa nama nabi Khidhir adalah Balya. Sedangkan ayahnya
bernama Malkan. Nabi Khidhir termasuk keturunan Bani Israil dan masih
keturunan para raja. Beliau lari dari kerajaan, kemudian pergi dan
menyibukkan diri dalam ibadah.
Para
ulama berselisih pendapat tentang apakah sampai sekarang Nabi Khidhir
masih hidup ataupun sudah meninggal. Imam nawawi dan mayoritas ulama
berpendapat bahwa beliau masih hidup dan berada di tengah-tengah kita
sekarang. Pendapat ini disepakati oleh para tokoh sufiyah dan para ahli
makrifat. Kabar yang mengisahkan tentang seseorang yang dapat berjumpa
dan berkumpul dengan Nabi Khidhir sangat banyak. Al-Syeikh Abu 'Amr bin
Shalah mengatakan bahwa nabi Khidhir masih hidup menurut mayoritas
ulama, shalihin dan orang-orang awam pada umumnya. Hanya saja ada
sebagian ahli hadits yang mengingkari terhadap kehidupan Nabi Khidhir
ini.
Sementara
itu Imam al-Hasan berpendapat bahwa Nabi Khidhir telah meninggal. Imam
Ibnu al-Manawi mengatakan bahwa tidak ada hadits yang menetapkan tentang
hidupnya Nabi Khidhir AS. Menurut Imam Abi Bakar bin al-Arabi, beliau
telah meninggal sebelum tahun seratus. Pendapat ini mendekati jawaban
Imam Muhammad bin Ismail al-Bukhari ketika beliau ditanya tentang
Khaidhir dan Ilyas, apakah keduanya masih hidup? Maka beliau menjawab: "Bagaimana
bisa demikian (masih hidup), Rasulullah SAW telah bersabda: "Tidak ada
seorangpun yang masih hidup pada hari ini seratus tahun lagi." Pendapat yang benar adalah beliau masih hidup.
Sebagian
ulama mengatakan bahwa Nabi Khidhir bernah berkumpul dengan Rasulullah
SAW, mengunjungi keluarga beliau, dan mereka memandikan Nabi SAW ketika
wafat. Riwayat-riwayat yang menceritakan hal itu berasal dari
jalur-jalur yang shahih. Dalam tafsirnya, Imam al-Qurthubi juga
membenarkan tentang hidupnya Nabi Khidhir AS.[3]
Lebih lanjut al-Imam al-Nawawi dalam kitabnya Tahdzib al-Asma' yang menukil pendapat Wahb bin Munabbih menuturkan, bahwa nama Khidhir sebenarnya merupakan laqab
(julukan), sedangkan nama asli beliau adalah Balya bin Malkan bin
Faligh bin 'Abir bin Syalikh bin Arfakhsyad bin Sam bin Nuh. Para ulama
berbeda pendapat tetang alasan mengapa beliau disebut Khidhir. Mayoritas
ulama mengatakan bahwa beliau disebut Khidhir karena sesungguhnya
ketika beliau duduk di atas permukaan tanah yang kering
(menurut pendapat lain rerumputan kering), maka dari permukaan tanah
itu tumbuh rerumputan yang berwarna hijau. Pendapat ini di dasarkan pada
sabda Nabi SAW: "Dinamakan Khidhir karena ia duduk di atas tanah yang kering, kemudian dari bawah tanah itu tumbuh rerumputan yang hijau."
[H.R. Bukhari, no. 3221]. Menurut pendapat yang dinukil dari Imam
Mujahid mengatakan, karena ketika beliau shalat, disekitar beliau
menjadi hijau (muncul tumbuh-tumbuhan).[4] Sedangkan menurut Imam al-Khuthabi, beliau dinamakan Khidhir karena ketampanannya dan wajahnya yang bersinar.[5]
Nabi Khidhir mempunyai kuniyah Abu al-Abbas dan merupakan sahabat Nabi Musa AS. Allah SWT telah memuji sosok Khidhir ini melalui firman-Nya: "Lalu
mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang
telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami
ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami." [Q.S. al-Kahfi: 65]. Kemudian pada ayat-ayat berikutnya Allah SWT menceritakan keajaiban-keajaiban yang dimiliki oleh Nabi Khidhir AS.
Para
ulama juga berbeda pendapat mengenai Khidhir, apakan ia seorang nabi
atau seorang wali. Imam al-Qusyairi dan para ulama yang lain mengatakan
bahwa Khidhir adalah seorang wali. Sementara itu sebagian ulama
mengatakan bahwa Khidhir adalah seorang nabi. Pendapat ini dikuatkan
oleh Imam al-Nawawi. Imam al-Maziri mengatakan bahwa mayoritas ulama
berpendapat Khidhir adalah seorang nabi. Ada pendapat lain yang
mengatakan beliau adalah seorang malaikat, namun pendapat ini oleh para
ulama dinilai sebagai pendapat yang gharib (asing), lemah dan bathil.[6]
Para ulama yang berpendapat bahwa beliau seorang nabi, juga masih
berbeda pendapat, apakah beliau diutus untuk umat manusia atau tidak?
Yang jelas mengenai nama, kehidupan dan kenabian Khidhir AS terdapat
perbedaan pendapat di kalangan ulama.
Keterangan yang pasti dalam al-Qur'an mengatakan bahwa Khidhir adalah salah seorang hamba Allah SWT yang dikaruniai rahmat
dan ilmu dari sisi-Nya. Penyebutan hamba pada ayat tersebut bisa
berarti beliau seorang nabi ataupun seorang laki-laki yang shalih
(wali). Keterangan yang pasti dalam hadits menyebutkan bahwa hamba itu
bernama Khaidhir. Sementara itu dalam al-Qur'an maupun al-Hadits tidak
ada keterangan yang jelas mengenai keberadaan Khidhir, apakah beliau
telah meninggal, masih hidup hingga sekarang, bertemu dengan para nabi
dan para wali atau beliau mengucapkan salam pada sebagian orang,
kemudian mereka menjawab salamnya? Semua itu tidak ada dalil yang dapat
digunakan sebagai pijakan secara pasti.[7]
Namun
setidaknya kita lebih tenang dan yakin dengan berita-berita yang
disampaikan oleh para wali Allah tentang hidupnya Nabi Khidhir,
mengunjungi mereka dan mengucapkan salam kepada mereka. Wallahu a'lam.
Kren kak, aku suaka banget thenks kak, semoga kakak di mulyakan Alloh.aamiin.
BalasHapus