Minggu, 08 Desember 2013

"Al-Bahru Al-maurud" Al-imam Abil Mawahib Assya'rony (wafat th 973 H)

Kitab Tashowuf ini terbilang agak asing di telinga, ternyata memang asing juga contain-containnya. Kalau dibuat perbandingan dg masa sekarang, mungkin tdk terlalu jauh kalau kitab ini ditengarai dg "Kitab Undang Undang Tashawuf".
Tebal sekitar 306 halaman dan di tahqiq oleh Moh Adib Al jadir, diterbitkan oleh percetakan Dar el Kotob Al Ilmiyah, Beirut Libanon.
 
Ttg Penyusun sendiri, Imam Assya'rony adalah ulama kenamaan pada Zamannya. Beliau ulama Ahli fiqh, hadits dan tentunya Tashawuf. Beliau kita tahu, adalah diantara murid Al-imam Abu Zakariya Al-anshary seorang guru besar ilmu fiqh, hadits, ushul fiqh dan masyhur menjadi mufti Madzhab Syafi'ie. Imam Assya'roni berkomentar ttg gurunya bahwa beliau adalah waliyullah yg menutupi diri dg ilmu fiqh. "Aku berkhidmat kepadanya selama 30 th, aku memasakkan makanannya namun aku bawa bekal sendiri dan tdk makan dr hartanya" demikian menurut Assya'rony sang murid.
 
Sehingga kita tahu, Imam Sya'roni menonjol di berbagai bidang ilmu. Di bidang fiqh beliau menyusun kitab Al Mizan Al Kubro, sebuah literatur fiqh empat madzhab yg cukup lengkap melebihi Bidayatul Mujtahid ibn Rusyd. Dalam bidang hadits, beliau menyusun kitab monumental dg judul "Kasyful Ghummah an Jamie'il Ummah" sebuahh kitab hadits yg meliput ushul masail fiqhiyah, sehingga memudahkan istinbath untuk para fuqoha'.
 
Seperti biasanya, Imam Sya'rony bila ditelaah dr ratusan karya tulisnya ia menggunakan bahasa yg jelas, gamblang, renyah dan padat juga disertai dg dalil-dalil yg kuat.
 
Dalam kitab ini, terdapat 251 point undang-undang shufi. Dalam setiap point, beliau menjelaskan sejelas-jelasnya dg disertai dalil-dalil dr Al-Qur'an maupun Hadits, tidak ketinggalan pula "laku lampah" para Shahabat, Tabi'ien, Tabi'ittabi'ien dan para Al'immah yg nota bene mereka adalah "Salaf al Ummah" yang sebenarnya.Kitab ini terbilang mukhtashor atau resume dr kitab satunya (al uhud al kubro).

Dalam bidang ilmu agama, penulis dapat dikategorikan sbg juru bicara para shufi kepada para Fuqoha' dan Muhadditsin yg belum menyelami dunia tashawuf secara totalitas. Mungkin semacam imam Abu Hamid Alghazaly yg menjadi corong bg Ahlussunnah Waljama'ah plus para shufi dari manuver-manuver ahli filsafat.
Baiklah, supaya lbh penasaran dg karya agung imam Sya'roni, kita lihat dan cermati beberapa point dr kandungan kitab tsb :

Point ke 37 : telah ditetapkan perjanjian atas kita, untuk ikhlash dalam bertauhid kepada Allah SWT, baik dlm perbuatan maupun ucapan & jg kepemilikan dan segala yg wujud. Seluruh martabat dg syarat-syarat yg tlh ditetapkan oleh ahli-ahli tauhid. Kita tdk boleh menambahi campur tangan makhluq baik manfa'at maupun madhorot, solusi maupun keterkaitan, janganlah kita berkata, "saya, dengan kami, bagi kami, milik kami" kecuali berdasarkan pengertian majaz (metaforis), krn yang semacam itu termasuk syirik yg khofy, Allah SWT berfirman : Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan Nya dg apapun (Annisa ,36) dlm ayat ini Allah mengingkari Assya'i (sesuatu) dan TIDAK men ta'yin/menyatakan, apakah sesuatu itu ?, fahamilah.
Ada sebuah kisah seorang faqir (shufi) yg sdg memohon ampunan kepada Tuhannya, dia berkata : "wahai Tuhanku ampunilah aku krn Engkau berjanji untuk mengampuni org yg tdk mempersekutukan Mu dg apapun, dan Engkau tahu bahwa aku tdk mempesekutukan Mu dg apapun", namun tiba-tiba terdengarlah suara hati/suara tanpa rupa mengatakan : meskipun di hari air susu..?...dia terperajat dan teringat bahwa pd suatu hari, dia di jamu dg air susu untuk di minum, namun dia tidak jadi meminumnya krn takut berbahaya, maka Allah SWT merekam kejadian tsb, dikarenakan dia menisbatkan "bahaya" kepada air susu tadi. Maka perhatikanlah...!

Point ke 48 : Telah ditetapkan perjanjian atas kita, bahwa kita harus memperbanyak istighfar dan menyesali kebaikan yg tertinggal, baik kita merasa berbuat ma'shiyat maupun tdk. Ketahuilah bahwa penyesalan atas tdk melakukan ma'shiyat itu bs menggugurkan amal baik, sbgmn menyesali atas ketertinggalan Tho'at itu bisa membathalkan ke-ikhlashan.

Alhasil dari kitab ini, kita bs menimba ilmu-ilmu para salik, shufy, mukhlish ,dimana ilmu yg didapat tsb bukan hanya berasal dr teks-teks Al-Qur'an dan Hadits semata, meskipun kedua hal tadi adalah mainstreamnya Tashawuf sbgmn yg dikatakan oleh sayid Atthoi'fah imam Junaid Al Baghdady ra. Namun banyak ilmu-ilmu Al Asror Al Robbaniyah yg bisa kita dapatkan dr suluk atau pengalaman ruhaniyah para Wali Allah SWT, sebagaimana difirmankan dlm Al-Qur'an..."wattaquuLLaaha wa yu'allimkumuLLaah" (bertaqwalah kamu sekalian kpd Allah niscaya Allah swt akan mengajarkan kamu sekalian) ...Alluhumma uhsyurnaa fi Zumrotihim aamiin, ya Allah giringlah kami bersama mereka hamba-hamba-Mu yg shalih dan tha'at kepada Mu, aamiin.
"Al-Bahru Al-maurud" Kitab Tasawuf yang Langka Oleh: KH. Tb. Ahmad Rifqi Chowas Nuruddin. Kitab Karya Al-imam Abil Mawahib Assya'rony (wafat th 973 H) ini tebalnya sekitar 306 halaman dan telah ditahqiq oleh Moh Adib Al jadir, diterbitkan oleh percetakan Dar el Kotob al ilmiyah, Beirut Libanon. . Kitab tashowuf ini terbilang agak asing di telinga. Disamping tidak dikenal, kalau melihat isinya ternyata memang asing. Ada beberapa pengajaran yang cukup menarik dan belum banyak dikenal oleh masyarakat. Meski demikian, bila dibandingkan dengan kitab sekarang, kitab akhlaq ini, tidak terlalu jauh kalau disebut sebagai "kitab undang undang Tashawuf". Tentang Penyusun sendiri, Imam Assya'rony adalah ulama kenamaan pada Zamannya. Beliau ulama Ahli fiqh, hadits dan tentunya Tashawuf. Beliau termasuk murid Al-imam Abu Zakariya Al-anshary, seorang guru besar ilmu fiqh, hadits, ushul fiqh yang dikenal sebagai mufti Madzhab Syafi'ie. Imam Assya'roni berkomentar tentang gurunya bahwa beliau adalah waliyullah yang menutupi dirinya dengan ilmu fiqh. "Aku berkhidmat kepadanya selama 30 th, aku memasakkan makanannya namun aku bawa bekal sendiri dan tidak makan dari hartanya", demikian menurut Assya'rony sang murid. Sehingga kita tahu, imam Sya'roni menonjol di berbagai bidang ilmu. Di bidang fiqh beliau menyusun kitab "al Mizan al Kubro", sebuah literatur fiqh empat madzhab yang cukup lengkap melebihi "Bidayatul Mujtahid" karya Ibn Rusyd. Dalam bidang hadits, beliau juga menyusun kitab monumental dengan judul "Kasyful Ghummah an jamie'il ummah" sebuah kitab hadits yang meliput ushul masail fiqhiyah untuk memudahkan istinbath (metodologi pengambilan hukum) untuk para fuqoha'. Seperti biasanya, imam Sya'rony bila ditelaah dari ratusan karya tulisnya ia menggunakan bahasa yang jelas, gamblang, renyah dan padat juga disertai dengan dalil-dalil yang kuat. UU Shufi Yang menjadi titik tekan dalam kitab ini, terdapat 251 point undang-undang shufi. Dalam setiap point, beliau menjelaskan sejelas-jelasnya dengan disertai dalil-dalil dari Alquran maupun hadits. Tidak ketinggalan pula "laku lampah" para Shahabat, tabi'ien, tabi'ittabi'ien dan para a'immah yang nota bene mereka adalah "Salaf al Ummah" yang sebenarnya. Kitab ini masuk dalam kategori mukhtashor atau resume dari kitab satunya (al uhud al kubro). Dalam bidang ilmu agama, penulis dapat dikategorikan sebagai juru bicara para shufi kepada para Fuqoha' dan Muhadditsin yang belum menyelami dunia tashawuf secara totalitas. Mungkin semacam imam Abu Hamid Alghazaly yang menjadi corong bagi Ahlussunnah waljama'ah plus para shufi dari manuver-manuver ahli filsafat. Baiklah, untuk memperjelas gambaran isi dari kitab ini, bagi yang penasaran dengan karya agung imam Sya'roni ini, kita lihat dan cermati beberapa point dari kandungan kitab ini: Point ke 37: Telah ditetapkan perjanjian atas kita, untuk ikhlash dalam bertauhid kepada Allah swt, baik dalam perbuatan maupun ucapan[juga kepemilikan dan segala yang wujud. Seluruh martabat dengan Syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh ahli-ahli tauhid. Kita tidak boleh menambahi campur tangan makhluq baik manfa'at maupun madhorot, solusi maupun keterkaitan. Janganlah kita berkata, "saya, dengan kami, bagi kami, milik kami" kecuali berdasarkan pengertian majaz (metaforis), karena yang semacam itu termasuk syirik yang khofy. Allah swt berfirman: "Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan Nya dengan apapun (Annisa :36). Dalam ayat ini Allah mengingkari Assya'i (sesuatu) dan tidak men ta'yin/menyatakan, apakah sesuatu itu?, fahamilah. Ada sebuah kisah seorang faqir (shufi) yang dengan memohon ampunan kepada Tuhannya, dia berkata: "Wahai Tuhanku ampunilah aku karena Engkau berjanji untuk mengampuni orang yang tidak mempersekutukan Mu dengan apapun, dan Engkau tahu bahwa aku tidak mempesekutukan Mu dengan apapun", namun tiba-tiba terdengarlah suara hatif/suara tanpa rupa mengatakan: meskipun di hari air susu..?... dia terperajat dan teringat bahwa pada suatu hari, dia dijamu dengan air susu untuk di minum, namun dia tidak jadi meminumnya karena takut berbahaya, maka Allah swt merekam kejadian tsb, dikarenakan dia menisbatkan "bahaya" kepada air susu tadi. Maka perhatikanlah...! Point ke 48: Telah ditetapkan perjanjian atas kita, bahwa kita harus memperbanyak istighfar [dan menyesali kebaikan yang tertinggal, baik kita merasa berbuat ma'shiyat maupun tidak. Ketahuilah bahwa penyesalan atas tidak melakukan ma'shiyat itu bisa menggugurkan amal baik, sebagaimana menyesali atas ketertinggalan Tho'at itu bisa membathalkan ke ikhlashan. Alhashil dari kitab ini, kita bisa menimba ilmu-ilmu para salik, shufy, mukhlish , di mana ilmu yang didapat tersebut bukan hanya berasal dari teks-teks al qur'an dan hadits semata, meskipun kedua hal tadi adalah mainstreamnya Tashawuf sebagaimana yang dikatakan oleh sayid Atthoi'fah imam Junaid Al Baghdady ra. Namun banyak ilmu-ilmu Al asror Al Robbaniyah yang bisa kita dapatkan dari suluk atau pengalaman ruhaniyah para Wali Allah swt, sebagaimana difirmankan dalam AlQur'an... "wattaquuLLaaha wa yu'allimkumuLLaah" (bertaqwalah kamu sekalian kepada Allah niscaya Allah swt akan mengajarkan kamu sekalian) ...Alluhumma uhsyurnaa fi Zumrotihim amien, ya Allah giringlah kami bersama mereka hamba-hambamu yang shalih dan tha'at kepada Mu, amien. KH. Tubagus Ahmad Rifqi Khan Pengasuh Pondok Darussalam, Buntet Pesantren Cirebon

Read more at: http://alifbraja.blogspot.com/2012/07/al-bahru-al-maurud-kitab-tasawuf-yang.html

Copyright © ALIFBRAJA|alifbraja.blogspot.com Under Common Share Alike Atribution

Disalin dari tulisan karya : Tb.Ahmad Rifqi Khan
"Al-Bahru Al-maurud" Kitab Tasawuf yang Langka Oleh: KH. Tb. Ahmad Rifqi Chowas Nuruddin. Kitab Karya Al-imam Abil Mawahib Assya'rony (wafat th 973 H) ini tebalnya sekitar 306 halaman dan telah ditahqiq oleh Moh Adib Al jadir, diterbitkan oleh percetakan Dar el Kotob al ilmiyah, Beirut Libanon. . Kitab tashowuf ini terbilang agak asing di telinga. Disamping tidak dikenal, kalau melihat isinya ternyata memang asing. Ada beberapa pengajaran yang cukup menarik dan belum banyak dikenal oleh masyarakat. Meski demikian, bila dibandingkan dengan kitab sekarang, kitab akhlaq ini, tidak terlalu jauh kalau disebut sebagai "kitab undang undang Tashawuf". Tentang Penyusun sendiri, Imam Assya'rony adalah ulama kenamaan pada Zamannya. Beliau ulama Ahli fiqh, hadits dan tentunya Tashawuf. Beliau termasuk murid Al-imam Abu Zakariya Al-anshary, seorang guru besar ilmu fiqh, hadits, ushul fiqh yang dikenal sebagai mufti Madzhab Syafi'ie. Imam Assya'roni berkomentar tentang gurunya bahwa beliau adalah waliyullah yang menutupi dirinya dengan ilmu fiqh. "Aku berkhidmat kepadanya selama 30 th, aku memasakkan makanannya namun aku bawa bekal sendiri dan tidak makan dari hartanya", demikian menurut Assya'rony sang murid. Sehingga kita tahu, imam Sya'roni menonjol di berbagai bidang ilmu. Di bidang fiqh beliau menyusun kitab "al Mizan al Kubro", sebuah literatur fiqh empat madzhab yang cukup lengkap melebihi "Bidayatul Mujtahid" karya Ibn Rusyd. Dalam bidang hadits, beliau juga menyusun kitab monumental dengan judul "Kasyful Ghummah an jamie'il ummah" sebuah kitab hadits yang meliput ushul masail fiqhiyah untuk memudahkan istinbath (metodologi pengambilan hukum) untuk para fuqoha'. Seperti biasanya, imam Sya'rony bila ditelaah dari ratusan karya tulisnya ia menggunakan bahasa yang jelas, gamblang, renyah dan padat juga disertai dengan dalil-dalil yang kuat. UU Shufi Yang menjadi titik tekan dalam kitab ini, terdapat 251 point undang-undang shufi. Dalam setiap point, beliau menjelaskan sejelas-jelasnya dengan disertai dalil-dalil dari Alquran maupun hadits. Tidak ketinggalan pula "laku lampah" para Shahabat, tabi'ien, tabi'ittabi'ien dan para a'immah yang nota bene mereka adalah "Salaf al Ummah" yang sebenarnya. Kitab ini masuk dalam kategori mukhtashor atau resume dari kitab satunya (al uhud al kubro). Dalam bidang ilmu agama, penulis dapat dikategorikan sebagai juru bicara para shufi kepada para Fuqoha' dan Muhadditsin yang belum menyelami dunia tashawuf secara totalitas. Mungkin semacam imam Abu Hamid Alghazaly yang menjadi corong bagi Ahlussunnah waljama'ah plus para shufi dari manuver-manuver ahli filsafat. Baiklah, untuk memperjelas gambaran isi dari kitab ini, bagi yang penasaran dengan karya agung imam Sya'roni ini, kita lihat dan cermati beberapa point dari kandungan kitab ini: Point ke 37: Telah ditetapkan perjanjian atas kita, untuk ikhlash dalam bertauhid kepada Allah swt, baik dalam perbuatan maupun ucapan[juga kepemilikan dan segala yang wujud. Seluruh martabat dengan Syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh ahli-ahli tauhid. Kita tidak boleh menambahi campur tangan makhluq baik manfa'at maupun madhorot, solusi maupun keterkaitan. Janganlah kita berkata, "saya, dengan kami, bagi kami, milik kami" kecuali berdasarkan pengertian majaz (metaforis), karena yang semacam itu termasuk syirik yang khofy. Allah swt berfirman: "Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan Nya dengan apapun (Annisa :36). Dalam ayat ini Allah mengingkari Assya'i (sesuatu) dan tidak men ta'yin/menyatakan, apakah sesuatu itu?, fahamilah. Ada sebuah kisah seorang faqir (shufi) yang dengan memohon ampunan kepada Tuhannya, dia berkata: "Wahai Tuhanku ampunilah aku karena Engkau berjanji untuk mengampuni orang yang tidak mempersekutukan Mu dengan apapun, dan Engkau tahu bahwa aku tidak mempesekutukan Mu dengan apapun", namun tiba-tiba terdengarlah suara hatif/suara tanpa rupa mengatakan: meskipun di hari air susu..?... dia terperajat dan teringat bahwa pada suatu hari, dia dijamu dengan air susu untuk di minum, namun dia tidak jadi meminumnya karena takut berbahaya, maka Allah swt merekam kejadian tsb, dikarenakan dia menisbatkan "bahaya" kepada air susu tadi. Maka perhatikanlah...! Point ke 48: Telah ditetapkan perjanjian atas kita, bahwa kita harus memperbanyak istighfar [dan menyesali kebaikan yang tertinggal, baik kita merasa berbuat ma'shiyat maupun tidak. Ketahuilah bahwa penyesalan atas tidak melakukan ma'shiyat itu bisa menggugurkan amal baik, sebagaimana menyesali atas ketertinggalan Tho'at itu bisa membathalkan ke ikhlashan. Alhashil dari kitab ini, kita bisa menimba ilmu-ilmu para salik, shufy, mukhlish , di mana ilmu yang didapat tersebut bukan hanya berasal dari teks-teks al qur'an dan hadits semata, meskipun kedua hal tadi adalah mainstreamnya Tashawuf sebagaimana yang dikatakan oleh sayid Atthoi'fah imam Junaid Al Baghdady ra. Namun banyak ilmu-ilmu Al asror Al Robbaniyah yang bisa kita dapatkan dari suluk atau pengalaman ruhaniyah para Wali Allah swt, sebagaimana difirmankan dalam AlQur'an... "wattaquuLLaaha wa yu'allimkumuLLaah" (bertaqwalah kamu sekalian kepada Allah niscaya Allah swt akan mengajarkan kamu sekalian) ...Alluhumma uhsyurnaa fi Zumrotihim amien, ya Allah giringlah kami bersama mereka hamba-hambamu yang shalih dan tha'at kepada Mu, amien. KH. Tubagus Ahmad Rifqi Khan Pengasuh Pondok Darussalam, Buntet Pesantren Cirebon

Read more at: http://alifbraja.blogspot.com/2012/07/al-bahru-al-maurud-kitab-tasawuf-yang.html

Copyright © ALIFBRAJA|alifbraja.blogspot.com Under Common Share Alike Atribution
"Al-Bahru Al-maurud" Kitab Tasawuf yang Langka Oleh: KH. Tb. Ahmad Rifqi Chowas Nuruddin. Kitab Karya Al-imam Abil Mawahib Assya'rony (wafat th 973 H) ini tebalnya sekitar 306 halaman dan telah ditahqiq oleh Moh Adib Al jadir, diterbitkan oleh percetakan Dar el Kotob al ilmiyah, Beirut Libanon. . Kitab tashowuf ini terbilang agak asing di telinga. Disamping tidak dikenal, kalau melihat isinya ternyata memang asing. Ada beberapa pengajaran yang cukup menarik dan belum banyak dikenal oleh masyarakat. Meski demikian, bila dibandingkan dengan kitab sekarang, kitab akhlaq ini, tidak terlalu jauh kalau disebut sebagai "kitab undang undang Tashawuf". Tentang Penyusun sendiri, Imam Assya'rony adalah ulama kenamaan pada Zamannya. Beliau ulama Ahli fiqh, hadits dan tentunya Tashawuf. Beliau termasuk murid Al-imam Abu Zakariya Al-anshary, seorang guru besar ilmu fiqh, hadits, ushul fiqh yang dikenal sebagai mufti Madzhab Syafi'ie. Imam Assya'roni berkomentar tentang gurunya bahwa beliau adalah waliyullah yang menutupi dirinya dengan ilmu fiqh. "Aku berkhidmat kepadanya selama 30 th, aku memasakkan makanannya namun aku bawa bekal sendiri dan tidak makan dari hartanya", demikian menurut Assya'rony sang murid. Sehingga kita tahu, imam Sya'roni menonjol di berbagai bidang ilmu. Di bidang fiqh beliau menyusun kitab "al Mizan al Kubro", sebuah literatur fiqh empat madzhab yang cukup lengkap melebihi "Bidayatul Mujtahid" karya Ibn Rusyd. Dalam bidang hadits, beliau juga menyusun kitab monumental dengan judul "Kasyful Ghummah an jamie'il ummah" sebuah kitab hadits yang meliput ushul masail fiqhiyah untuk memudahkan istinbath (metodologi pengambilan hukum) untuk para fuqoha'. Seperti biasanya, imam Sya'rony bila ditelaah dari ratusan karya tulisnya ia menggunakan bahasa yang jelas, gamblang, renyah dan padat juga disertai dengan dalil-dalil yang kuat. UU Shufi Yang menjadi titik tekan dalam kitab ini, terdapat 251 point undang-undang shufi. Dalam setiap point, beliau menjelaskan sejelas-jelasnya dengan disertai dalil-dalil dari Alquran maupun hadits. Tidak ketinggalan pula "laku lampah" para Shahabat, tabi'ien, tabi'ittabi'ien dan para a'immah yang nota bene mereka adalah "Salaf al Ummah" yang sebenarnya. Kitab ini masuk dalam kategori mukhtashor atau resume dari kitab satunya (al uhud al kubro). Dalam bidang ilmu agama, penulis dapat dikategorikan sebagai juru bicara para shufi kepada para Fuqoha' dan Muhadditsin yang belum menyelami dunia tashawuf secara totalitas. Mungkin semacam imam Abu Hamid Alghazaly yang menjadi corong bagi Ahlussunnah waljama'ah plus para shufi dari manuver-manuver ahli filsafat. Baiklah, untuk memperjelas gambaran isi dari kitab ini, bagi yang penasaran dengan karya agung imam Sya'roni ini, kita lihat dan cermati beberapa point dari kandungan kitab ini: Point ke 37: Telah ditetapkan perjanjian atas kita, untuk ikhlash dalam bertauhid kepada Allah swt, baik dalam perbuatan maupun ucapan[juga kepemilikan dan segala yang wujud. Seluruh martabat dengan Syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh ahli-ahli tauhid. Kita tidak boleh menambahi campur tangan makhluq baik manfa'at maupun madhorot, solusi maupun keterkaitan. Janganlah kita berkata, "saya, dengan kami, bagi kami, milik kami" kecuali berdasarkan pengertian majaz (metaforis), karena yang semacam itu termasuk syirik yang khofy. Allah swt berfirman: "Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan Nya dengan apapun (Annisa :36). Dalam ayat ini Allah mengingkari Assya'i (sesuatu) dan tidak men ta'yin/menyatakan, apakah sesuatu itu?, fahamilah. Ada sebuah kisah seorang faqir (shufi) yang dengan memohon ampunan kepada Tuhannya, dia berkata: "Wahai Tuhanku ampunilah aku karena Engkau berjanji untuk mengampuni orang yang tidak mempersekutukan Mu dengan apapun, dan Engkau tahu bahwa aku tidak mempesekutukan Mu dengan apapun", namun tiba-tiba terdengarlah suara hatif/suara tanpa rupa mengatakan: meskipun di hari air susu..?... dia terperajat dan teringat bahwa pada suatu hari, dia dijamu dengan air susu untuk di minum, namun dia tidak jadi meminumnya karena takut berbahaya, maka Allah swt merekam kejadian tsb, dikarenakan dia menisbatkan "bahaya" kepada air susu tadi. Maka perhatikanlah...! Point ke 48: Telah ditetapkan perjanjian atas kita, bahwa kita harus memperbanyak istighfar [dan menyesali kebaikan yang tertinggal, baik kita merasa berbuat ma'shiyat maupun tidak. Ketahuilah bahwa penyesalan atas tidak melakukan ma'shiyat itu bisa menggugurkan amal baik, sebagaimana menyesali atas ketertinggalan Tho'at itu bisa membathalkan ke ikhlashan. Alhashil dari kitab ini, kita bisa menimba ilmu-ilmu para salik, shufy, mukhlish , di mana ilmu yang didapat tersebut bukan hanya berasal dari teks-teks al qur'an dan hadits semata, meskipun kedua hal tadi adalah mainstreamnya Tashawuf sebagaimana yang dikatakan oleh sayid Atthoi'fah imam Junaid Al Baghdady ra. Namun banyak ilmu-ilmu Al asror Al Robbaniyah yang bisa kita dapatkan dari suluk atau pengalaman ruhaniyah para Wali Allah swt, sebagaimana difirmankan dalam AlQur'an... "wattaquuLLaaha wa yu'allimkumuLLaah" (bertaqwalah kamu sekalian kepada Allah niscaya Allah swt akan mengajarkan kamu sekalian) ...Alluhumma uhsyurnaa fi Zumrotihim amien, ya Allah giringlah kami bersama mereka hamba-hambamu yang shalih dan tha'at kepada Mu, amien. KH. Tubagus Ahmad Rifqi Khan Pengasuh Pondok Darussalam, Buntet Pesantren Cirebon

Read more at: http://alifbraja.blogspot.com/2012/07/al-bahru-al-maurud-kitab-tasawuf-yang.html

Copyright © ALIFBRAJA|alifbraja.blogspot.com Under Common Share Alike Atribution
Read More..

Sabtu, 12 Oktober 2013

SILSILAH SANAD ULAMA' AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH (Termasuk NU)


  1. Nabi Muhammad SAW
  2. Sayidina Ali
  3. Muhammad (Putra Sayidina Ali, dari istri kedua Kaulah bin Ja’far)
  4. Wasil bin Ato’
  5. Amr bin Ubaid
  6. Ibrohim Annadhom
  7. Abu Huzail Al-Alaq
  8. Abu Hasi Adzuba’i
  9. Abu Ali Adzuba’i
  10. Imam Abu Hasan Ala’asyari (Pendiri Faham “AHLUSSUNNAH WALJAMA’AH”) 234 Karangannya : Kitab Maqolatul Islamiyin, Al Ibanah, Al Risalah, Al-Luma’, dll
  11. Abu Abdillah Al Bahily
  12. Abu Bakar Al Baqilany, karangannya : Kitab At Tamhid, Al Insof, Al bayan, Al Imdad, dll.
  13. Abdul Malik Imam Haromain Al Juwainy, karangannya : Kitab Lathoiful Isaroh, As Samil, Al Irsyad, Al Arba’in, Al kafiyah, dll
  14. Abu hamid Muhammad Al Ghozali. Karangannya : Kitab Ihya Ulumuddin, Misyakatul Anwar, Minhajul Qowim, Minhajul Abidin dll.
  15. Abdul hamid Assyeikh Irsani. Karangannya: kitab Al Milal Wannihal, Musoro’atul Fulasifah, dll.
  16. Muhammad bin Umar Fakhruraazi, Karangannya: Kitab Tafsir Mafatihul Ghoib, Matholibul ‘Aliyah, Mabahisul Masyriqiyah, Al Mahsul Fi Ilmil Usul, dll
  17. Abidin Al Izzy, karangannya: Kitab Al Mawaqit Fi Ilmil Kalam.
  18. Abu Abdillah Muhammad As Sanusi, Karangannya: Kitab Al Aqidatul Kubro dll.
  19. Al Bajury, karangannya: Kitab Jauhar Tauhuid, dll.
  20. Ad Dasuqy, karangannya: Kitab Ummul Barohin, dll.
  21. Ahmad Zaini Dahlan, karanggannya: Kitab Sarah jurumiyah, Sarah Al Fiyah, dll.
  22. Ahmad Khotib Sambas Kalimantan, Karangannya : Kitab Fathul ‘Arifin, dll.
  23. Muhammad Annawawi Banten, Karangannya : Syarah Safinatunnaja, Sarah Sulamutaufiq, dll. Yang Mayoritas Ulama Di Indonesia memakai Karangan Syeikh Nawawi Albantaniy sebagai Kitab Rujukan.
  24. Syech Mahfudz At-Termasi (mursyid Hadist Budhori matan ke-23),  muridnya al :
    – Syech Arsyad Al-Banjari - Banjarmasin
    – Syaikhona Kholil - Bangkalan Madura
    Abdul Shomad Al-Palembangi - Palembang
  25. Hasyim Asy’Ari (Pendiri NU)
Sejumlah murid yang berhasil dicetak menjadi ulama besar oleh Syaikhona Kholil bangkalan adalah, Hadratus Syaikh KH Hasyim Asy’ari (Tebu Ireng Jombang), KH Wahab Hasbullah (Tambak Beras Jombang), KH Bisri Syansuri (Denanyar Jombang), KH As’ad Syamsul Arifin (Sukorejo Situbondo), Kiai Cholil Harun (Rembang), Kiai Ahmad Shiddiq (Jember), Kiai Hasan (Genggong Probolinggo), Kiai Zaini Mun’im (Paiton Probolinggo), Kiai Abi Sujak (Sumenep), Kiai Toha (Bata-Bata Pamekasan), Kiai Usymuni (Sumenep), Kiai Abdul Karim (Lirboyo Kediri), Kiai Munawir (Krapyak Yogyakarta), Kiai Romli Tamim (Rejoso Jombang), Kiai Abdul Majid (Bata-Bata Pamekasan). Dari sekian santri Syaikhona Kholil pada umumnya menjadi pengasuh pesantren dan tokoh NU seperti Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari dan Kiai Wahab Hasbullah. Bahkan Presiden pertama RI Soekarno, juga pernah berguru pada Syaikhona Kholil Bangkalan
Selain berhasil mencetak para santri-santrinya menjadi kiai, Syaikhona Kholil bangkalan adalah salah satu kiai yang menjadi penentu berdirinya organisasi terbesar di Indonesia, yakni Nahdlatul Ulama yang disingkat (NU). Dalam proses pendiriannya para kiai NU tidak sembarangan mendirikan sebuah organisasi, dalam jangka dua tahun Kiai Hasyim Asy’ari melakukan shalat istikharah (minta petunjuk kepada Allah), untuk mendirikan sebuah organisasi yang mewadahi para pengikut ajaran ahlussunnah wal jama’ah. Meskipun yang melakukan istkharah adalah Hadratus Syaikh KH Hasyim As’ari, akan tetapi petunjuk (isyarah) tersebut tidak jatuh ke tangan Kiai Hasyim Asy’ari, melainkan isyarah tersebut melalui Syaikhona Kholil Bangkalan. Munculnya isyarah sebuah tongkat dan tasbih yang akan diberikan kepada Hadratus Syaikh KH Hasyim Asy’ari melalui perantara Kiai As’ad Syamsul Arifin, yang merupakan tanda akan berdirinya sebuah organisasi besar yakni jam’iyah Nahdlatul Ulama (NU).
Para ulama pendiri NU jelas bukan sembarang ulama. Mereka orang-orang khos yang memiliki kualitas keimanan yang luar biasa di zamannya. Salah satu pendiri jam’iyyah Nahdlatul Ulama, KH Abdul Wahab Hasbullah, selain pendirian NU kepada kepada KH Hasyim Asy’ari, beliau meminta persetujuan waliyullah tanah Jawa. Yaitu Kanjeng Sunan Ampel.
Mari berflashback awal mulanya berdirinya Nahdlatul Ulama

Rapat pembentukan NU diadakan di kediaman Kiai Wahab dan dipimpin oleh Kiai Hasyim. September 1926 diadakanlah muktamar NU yg untuk pertama kalinya yg diikuti oleh beberapa tokoh. Muktamar kedua 1927 dihadiri oleh 36 cabang. Kaum muslim reformis dan modernis berlawanan dgn praktik keagamaan kaum tradisional yg kental dgn budaya lokal. Kaum puritan yg lebih ketat di antara mereka mengerahkan segala daya dan upaya utk memberantas praktik ibadah yang dicampur dgn kebudayaan lokal atau yg lbh dikenal dgn praktik ibadah yg bid’ah. Kaum reformis mempertanyakan relevansinya bertaklid kepada kitab-kitab fiqh klasik salah satu mazhab. Kaum reformis menolak taklid dan menganjurkan kembali kepada sumber yg aslinya yaitu Alquran dan hadis yaitu dgn ijtihad para ulama yg memenuhi syarat dan sesuai dgn perkembangan zaman. Kaum reformis juga menolak konsep-konsep akidah dan tasawuf tradisional yg dalam formatnya dipengaruhi oleh filsafat Yunani pemikiran agama dan kepercayaan lainnya. Bagi banyak kalangan ulama tradisional kritikan dan serangan dari kaum reformis itu tampaknya dipandang sebagai serangan terhadap inti ajaran Islam. Pembelaan kalangan ulama tradisional terhadap tradisi-tradisi menjadi semakin ketat sebagai sebuah ciri kepribadia.
Mazhab Imam Syafii merupakan inti dari tradisionalisme ini . Ulama tradisional memilih salah satu mazhab dan mewajibkan kepada pengikutnya krn di zaman sekarang ini tidak ada orang yg mampu menerjemahkan dan menafsirkan ajaran-ajaran yg terkandung di dalam Alquran dan sunah secara menyeluruh.
Nah, inilah kenapa kita harus bermazhab salah satu dari mahzab 4.

Sejak abad dua belas Hijriah yang lalu, dunia Islam dibuat heboh oleh lahirnya gerakan baru yang lahir di Najd. Gerakan ini dirintis oleh Muhammad bin Abdul Wahhab al-Najdi dan populer dengan gerakan Wahabi. Dalam bahasa para ulama gerakan ini juga dikenal dengan nama fitnah al-wahhabiyah, karena dimana ada orang-orang yang menjadi pengikut gerakan ini, maka di situ akan terjadi fitnah.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa aliran Wahabi berupaya keras untuk menyebarkan ideologi mereka ke seluruh dunia dengan menggunakan segala macam cara. Di antaranya dengan mentahrif kitab-kitab ulama terdahulu yang tidak menguntungkan bagi ajaran Wahhabi. Hal ini mereka lakukan juga tidak lepas dari tradisi pendahulu mereka, kaum Mujassimah yang memang lihai dalam men-tahrif kitab.
sahabatku semua yang dirahmati Allah, NU ADALAH SALAH SATU BENTENG AHLISUNNAH WALJAMAAH DI INDONESIA
Adapun Ahlussunnah Wal-Jama’ah adalah kelompok ahli tafsir, ahli hadits dan ahli fiqih. Merekalah yang mengikuti dan berpegang teguh dengan sunnah Nabi SAW  dan sunnah Khulafaur Rasyidin setelahnya. Mereka adalah kelompok yang selamat (al-firqah al-najiyah). Mereka mengatakan, bahwa kelompok tersebut sekarang ini terhimpun dalam madzhab yang empat, yaitu pengikut Madzhab al-Hanafi, al-Syafi’i, al-Maliki dan al-Hanbali. Sedangkan orang-orang yang keluar dari madzhab empat tersebut pada masa sekarang adalah termasuk ahli bid’ah.
”Dari definisi ini, dapat dipahami bahwa Ahlussunnah Wal-Jama’ah bukanlah aliran baru yang muncul sebagai reaksi dari beberapa aliran yang menyimpang dari ajaran Islam yang hakiki. Tetapi Ahlussunnah Wal-Jama’ah adalah Islam yang murni sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi saw dan sesuai dengan apa yang telah digariskan serta diamalkan oleh para sahabatnya. Kaitannya dengan pengamalan tiga sendi utama ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari, golongan Ahlussunnah Wal-Jama’ah mengikuti rumusan yang telah digariskan oleh ulama salaf.
  1. Dalam bidang aqidah atau tauhid tercerminkan dalam rumusan yang digagas oleh Imam al-Asy’ari dan Imam al-Maturidi.
  2. Dalam masalah amaliyah badaniyah terwujudkan dengan mengikuti madzhab empat, yakni Madzhab al-Hanafi, Madzhab al-Maliki, Madzhab al-Syafi`i, dan Madzhab al-Hanbali.
  3. Bidang tashawwuf mengikuti Imam al-Junaid al-Baghdadi (w. 297 H/910 M) dan Imam al-Ghazali.

Jika sekarang banyak kelompok yang mengaku sebagai penganut Ahlussunnah Wal-Jama’ah maka mereka harus membuktikannya dalam praktik keseharian bahwa ia benar-benar telah mengamalkan Sunnah Rasul dan Sahabatnya.

Pesan untuk para simpatisan, pengikut, bahkan da’i salafi/wahabi ;  mohon luangkan waktu sebentar, renungkan barang sejenak. Bahwa hati yang paling Allah kasihi ialah hati yang paling lembut terhadap saudaranya, paling bersih dalam keyakinannya dan paling baik dalam agamanya. InsyaAllah, jika hati tak sekeras batu, dada akan terasa lapang, pikiran pun tidak beku dan buntu. Semoga kita semua mendapat hidayah serta inayah dari Allah Subhanahu Wata’ala.
Akeh kang apal Quran Hadise 
Seneng ngafirke marang liyane 
Kafire dewe dak digatekke 
Yen isih kotor ati akale
Banyak yang hafal Quran dan Hadist, suka mengkafirkan orang lain, kafirnya sendiri tidak diperhatikan, (gara-gara) masih kotor hati dan akalnya.
semoga Allah swt meluhurkan setiap nafas kita dg cahaya istiqamah, dan selalu dibimbing untuk mudah mencapai tangga tangga keluhuran istiqamah, dan wafat dalam keadaan istiqamah, dan berkumpul dihari kiamat bersama ahlul istiqamah
Semoga Allah SWT menggantikan segala musibah kita dg anugerah, wahai Allah sungguh firman Mu adalah sumpah Mu yg Kau sampaikan pada kami, bahwa : SUNGGUH BERSAMA KESULITAN ADALAH KEMUDAHAN, DAN SUNGGUH BERSAMA KESULITAN AKAN DATANG KEMUDAHAN (Al Insyirah 6-7)
Disari dari beberapa sumber.
semoga bermanfa'at, Amiin

Read More..

Jejak Spiritual Syech Abdul Muhyi - Pamijahan

Oleh : Mujtahid, Dosen Tarbiyah UIN Malang
SEJAK pertengahan abad ke tujuh belas, tokoh besar sekaligus ulama sufi Abdul Muhyi mendakwakan ajaran Islam di Jawa Barat. Ulama tersohor ini konon dikenal juga sebagai seorang wali di kalangan masyarakat; khususnya di Tasikmalaya Selatan, Kecamatan Bantarkalong. Jejak spiritualitasnya meninggalkan magnit luar biasa terhadap para pengikutnya sampai sekarang ini.

Abdul Muhyi sendiri aslinya adalah dari Jawa Tengah, Mataram-Surakarta. Dia sempat dibesarkan di Gresik dari ibu Raden Ajeng Tangeunjiah dan bapak Lebe Wartakusumah. Ulama sufi ini mengaku masih ada hubungan hereditas dengan keluarga Rasulullah Saw. dari jalur keluarga ibunya.

Perjalanan dakwah dan spiritual Abdul Muhyi tidak bisa dilepaskan dengan Gua Pamijahan. Melalui Gua Pamijahan, yang terletak di kaki bukit Bantarkalong, disinilah dia menemukan ketenangan bathiniyah, sekaligus sebagai tempat “riyâdhah spiritual”. Titik pusat penyebaran ajaran-ajarannya memang diawali dari tempat itu. Bahkan, sampai sekarang Gua tersebut masih di keramatkan oleh sebagian warga setempat.

Abdul Muhyi adalah ulama yang menyambung mata rantai ajaran tarekat syathâriyah di pulau Jawa. Dia meneruskan paham gurunya Syekh Abdul Rauf al-Sinkili. Jalan spiritual atau tarekat menurut ajaran Muhyi sendiri adalah ketetapan dzikir rohani, yang mengungkapkan keyakinan yang berpusat pada kalimah thayyibah atau kalimah tauhîd yang tertuang dalam lafadz lâ ilâha illallâh.

Makna kalimah thayyibah tersebut, kata Abdul Muhyi, bila dihayati secara benar dan baik, maka ia bisa menjadi modal fondasi yang kokoh untuk kebaikan hidup seseorang. Tarekat Syathâriyah membolehkan dzikir secara sirr (di dalam hati) maupun secara jahrr (suara keras).

Tarekat Syathâriyah yang dikembangkan Abdul Muhyi merupakan perpaduan antara tarekat Qâdiriyah dan Naqsabandiyah. Warna lain kedua tarekat ini terlihat kuat di dalam sistem dzikir yang dipakai Abdul Muhyi, yaitu dzikir al-jahr dan dzikir al-sirr. Dzikir al-jahr adalah dzikir yang digunakan oleh Tarekat Qâdiriyah, yaitu menyuarakan keras-keras kalimah thayyibah kemudian diresapkan ke dalam hati, agar hati tercerahkan dengan cahaya ilahiyah. Sedangkan dzikir al-sirr adalah dzikir yang praktekkan oleh Tarekat Naqsabandiyyah, yakni dengan menghaluskan bacaan di dalam hati dengan pendekatan nafyi (tiada Tuhan) dan istbât (kecuali Allah).

Untuk menuju tahapan spiritual menjadi sufi, Abdul Muhyi mensyaratkan seseorang empat tahapan, yaitu murid mubtadî, murid mutawâssith, murid kâmil, dan murid kâmil mukammil.

Pertama, murid mubtadî yaitu murid yang masih berbuat maksiat, akan tetapi hatinya tetap tertuju kepada Allah semata. Atau hatinya masih salim (selamat) dari perbauatan syirik dan sifat munafik. Seperti lazimnya tradisi sufi, ia dalam perjalanan spiritualnya akan mendapatkan keadaan Fanâ, yakni proses integrasi atau peleburan diri dalam kebesaran Tuhan. 

Kedua, murid mutawâssith adalah seorang yang mempunyai hati sudah bersih dari getaran kalbu selain kepada Allah, disebut juga dengan hati tawajjuh, yaitu hati yang senantiasa ingat dan tertuju kepada Allah semata. Adapun tingkatan Fanâ kelompok ini adalah Fanâ di dalam sifat, maqamnya adalah maqam al-jam’ yaitu tingkat integrasi dengan Allah, karena selalu mengingat dan merasa disertai Allah.

Ketiga, murid kâmil adalah kalangan dengan hati dan suasana rohani yang sudah bersih dari seluruh getaran selain Allah. Kalangan ini berhasil menjauhkan dirinya secara utuh dari seluruh daya tarik makhluk (materi), yang berarti hatinya sudah murni (Mujarrad). Bentuk dzikir tingkatan ini adalah dzikir muntahâ, yakni menyebut maujud (ada) kecuali Allah. Kalangan ini sudah lebih tinggi, setingkat âlam jabarrût (pandangan ruhaninya telah sirna, menyatu di dalam dzat Allah). 

Keempat, murid kâmil mukammil, yaitu seorang murid yang sudah memiliki penyaksian yang kuat (syuhûd) dan menyatu di dalam zat Allah. Hati seperti ini adalah hati rabbani, yakni hati yang sudah diliputi dan dinaungi hanya oleh Allah. Tingkatan ilmunya sudah mencapai akmâl yaqîn (dapat melihat dan mengetahui Allah secara nyata). Abdul Muhyi menyebutnya dengan wahda al-syuhûd. 

Ajaran lain yang bisa diambil dari Abdul Muhyi sendiri berkaitan dengan proses perjalanan spritual seseorang dalam dunia sufistik adalah konsepsinya tentang syâhadataian. Dia membaginya menjadi dua bagian, yaitu lâ ilâha illallâh sebagai hakikat dan Muhammad Rasulullâh sebagai syarî’ah; keduanya disebut dengan tarekat Muhammadiyah. Kedua-duanya, antara syari’at dan hakikat harus menyatu, sebab kedua merupakan komponen yang saling melengkap kualitas keimanan seseorang. 

Keberhasilan Abdul Muhyi dalam mengembangkan ajaran syathâriyah tidak luput dari jaringan dengan ulama-ulama besar, baik dalam maupun luar Nusantara. Keterikatan jaringan inilah yang memengaruhi jalan pemikirannya. Hasil penelitian M. Wildan Yahya (2007), menyebutkan bahwa beliau sempat kontak dengan ajaran Wujudiyyah di Aceh, ajaran Khalwatiyyah di Makassar, ajaran Samaniyah di Palembang dan di Banjarmasin. 

Abdul Muhyi juga tercatat sebagai tokoh kunci yang meletakkan dasar ajaran “martabat tujuh” di tanah Jawa. Ajaran beliau kemudian mengembang dan meluas hingga mewarnai berbagai paham dan budaya pada kepustakaan mistik Islam (perpaduan antara tradisi Jawa dengan unsur-unsur ajaran Islam) di Jawa. Ajaran “martabat tujuh” hanya mengakui bahwa Tuhan merupakan aspek batin dari segala yang ada di alam semesta. Semua yang ada di alam semseta adalah wujûd majâzî dari satu hakikat yang tunggal.
_________
Read More..
Postingan Lama Beranda