إِنَّ الدِّينَ يُسْرٌ وَلَنْ يُشَادَّ
الدِّينَ أَحَدٌ إِلَّا غَلَبَهُ فَسَدِّدُوا وَقَارِبُوا وَأَبْشِرُوا
وَاسْتَعِينُوا بِالْغَدْوَةِ وَالرَّوْحَةِ وَشَيْءٍ مِنَ الدُّلْجَةِ
( صحيح البخاري )
”
Sungguh agama islam ini mudah, dan tiadalah yg memaksakan dirinya
kecuali akan kesulitan sendiri, maka merapatlah untuk terus membenahi,
mendekatlah, dan saling memberi ketenangan kabar gembiralah, dan
selalulah mohon perlindungan pd Allah pagi dan sore dan sedikit waktu
dilarut malam”. ( Shahih Al Bukhari ).
Allah subhanahu wata’ala berfirman :
وَالْعَصْرِ، إِنَّ الْإِنْسَانَ
لَفِي خُسْرٍ، إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ
وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ ( العصر: 1-3 )
”
Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan
nasehat-menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat-menasehati
supaya menetapi kesabaran”. ( Qs. Al Ashr: 1-3 ).
Demi masa demi zaman, Allah
bersumpah demi masa dan zaman, semua yang terjadi sepanjang masa waktu
dan zaman musibah dan kenikmatan, kegembiraan dan kesedihan, perpisahan
dan pertemuan, yang kesemua itu adalah gelombang kehidupan yang selalu
ada sepanjang zaman, Demi seluruh kejadian itu yaitu masa, sesungguhnya
seluruh manusia didalam kerugian, kecuali mereka-mereka yang beriman
kepada Allah yang beramal shaleh dan mereka yang saling menasehati di
dalam kebenaran dan saling menasehati dalam kesabaran. Demi masa seluruh
gelombang kejadian, kesedihan dan kegembiraan kekayaan dan kemiskinan,
keberhasilan dan kegagalan, kehidupan dan kematian, semua di dalam
kerugian kecuali orang-orang yang beriman kepada Allah, tidak akan
pernah rugi, yang beramal shaleh tidak akan rugi orang-orang yang saling
menasehati dalam kebenaran dan saling menasehati untuk tabah dan sabar,
tidak akan merugi, semoga Allah subhanahu wata’ala mengumpulkan kita
kedalam kelompok yang tidak akan rugi, ini sumpahnya Allah, dari masa
generasi ke generasi melewati permukaan bumi dalam kehidupan dan di
antara mereka yang merugi dan di antara mereka yang beruntung pastikan
wahai Allah nama kami di dalam kelompok orang-orang yang beruntung dan
bukan orang yang merugi di dunia dan akhirah.
Allah, seraya berfirman:
إِنَّكَ مَيِّتٌ وَإِنَّهُمْ مَيِّتُونَ ( الزمر : 30 )
“Sungguh Engkau wahai Muhammad akan wafat dan semua merekapun( manusia ) akan wafat”. ( QS . Az Zumar: 30 ).
Wahai Muhammad engkau pasti akan
menemui kewafatan dan semua orang pun akan menjumpai kewafatan.
Beruntung mereka yang wafat di dalam Khusnul khatimah, merugi mereka
yang wafat di dalam Su’ul khatimah, kehadiranku dan kalian di malam ini
menuntun kita kepada Khusnul khatimah, menjauhkan kita dari Su’ul
khatimah, Khusnul Khatimah adalah wafat dalam keluhuran, su’ul khatimah
adalah wafat dalam kehinaan dan kegelapan, pastikan seluruh nama kami
semua yang hadir akan wafat dalam khusnul khatimah, ya Allah.
Allah subhanahu wata’ala berfirman :
فَإِذَا جَاءَتِ الصَّاخَّةُ،
يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ، وَأُمِّهِ وَأَبِيهِ،
وَصَاحِبَتِهِ وَبَنِيهِ، لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ
يُغْنِيهِ، وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ مُسْفِرَةٌ، ضَاحِكَةٌ مُسْتَبْشِرَةٌ،
وَوُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ عَلَيْهَا غَبَرَةٌ، تَرْهَقُهَا قَتَرَةٌ، أُولَئِكَ
هُمُ الْكَفَرَةُ الْفَجَرَةُ ( عبس : 33-42 )
”
Dan apabila datang suara yang memekakkan (tiupan sangkakala yang
kedua), pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan
bapaknya, dari isteri dan anak-anaknya, setiap orang dari mereka pada
hari itu mempunyai urusan yang menyibukkannya. Banyak muka pada hari itu
berseri-seri, tertawa gembira ria, dan banyak (pula) muka pada hari itu
tertutup debu, dan ditutup lagi oleh kegelapan, mereka itulah
orang-orang kafir lagi durhaka” ( Qs. ‘Abasa: 33-42).
Ketika telah datang waktunya
sangkakala terakhir, hancur leburlah seluruh alam semesta, hari di mana
manusia melarikan diri dari saudara dan temannya, suami berpisah dengan
istrinya, istri berpisah dari suaminya, semua tidak ingin saling dekat
karena tidak ingin di tuntut satu sama lain. Seseorang lari dari ayah
dan ibunya, takut di tuntut karena pernah tidak berbakti kepada ayah dan
bunda, ayah dan bundapun lari dari anaknya takut di tuntut kurang
memberi bimbingan yang luhur di dunia, suami melarikan diri dari
istrinya takut dituntut oleh istrinya dari hak-hak atas belum
ditunaikan, istri melarikan diri dari suaminya takut di tuntut atas
hak-hak suami yang belum ditunaikan. Pada saat itu masing-masing orang
berada di dalam kesibukan dirinya.
di
saat itu ada wajah-wajah mulia, di saat itu ada wajah-wajah yang senang
dan gembira, dan ada wajah-wajah yang cemberut dan kusam dan gelap, dan
di saat itu ada wajah-wajah masing-masing sibuk dengan permasalahannya,
ada wajah-wajah yang gembira karna dia telah mendapat khusnul khatimah
dan mendapat perjumpaan dengan para kekasihnya para shalihin dan para
pemimpin shalihin sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dan
di saat itu juga ada wajah-wajah yang terlihat kusam dan gelap mereka
dalam penyesalan yang abadi mereka adalah orang-orang yang menolak
tutunan Ilahi dan tuntunan Sayyidina Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam.
Tuntunan Sang Nabi yang di
sampaikan kepada para Sahabah, kalimat-kalimat mutiara-mutiara yang
menuntun kepada keluhuran dunia dan akhirah, di saat para Sahabah
mendengarnya dan menyampaikannya pada tabi’in, demikian kepada sanubari
ke lisannya, dari lisan kepada telinga murid-muridnya dan demikian dari
zaman kezaman sampailah kepada kita kalimat-kaliamat yang keluar dari
lisan Sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Seraya berkata di
riwayatkan di dalam Sahih Al Bukhari:
إِنَّ الدِّينَ يُسْرٌ وَلَنْ
يُشَادَّ الدِّينَ أَحَدٌ إِلَّا غَلَبَهُ فَسَدِّدُوا وَقَارِبُوا
وَأَبْشِرُوا وَاسْتَعِينُوا بِالْغَدْوَةِ وَالرَّوْحَةِ وَشَيْءٍ مِنَ
الدُّلْجَةِ ( صحيح البخاري )
Sungguh
agama ini adalah kemudahan, kemudahan yang membawa kemudahan pula, dan
tiada orang yang memaksakan dirinya kecuali dia akan hancur sendiri dan
akan kalah sendiri oleh keinginannya yang berlebihan.
Al Imam Ibn Hajar Al Asqalaniy didalam kitabnya Fathul Baari bisharah Shahih Bukhari mensharahkan makna kalimat ini:
وَلَنْ يُشَادَّ الدِّينَ أَحَدٌ إِلَّا غَلَبَه
Bahwa jangan sampai manusia
itu memaksakan diri lebih dari kemampuannya tetapi benahilah diri kita
dari segala hal-hal yang kurang sempurnakan semampunya, dan jangan
paksakan diri lebih dari kemampuannya.
Berkata Hujjatul Islam
wabarakatul ‘anam Al Imam Ibn Hajar Al Asqalaniy didalam fathul Baari
bisharah Shahih Al Bukhari makna kalimat فَسَدِّدُوا ini adalah jangan sampai kita mengutamakan hal-hal yang sunah hingga membuat hal yang fardhu tertinggalkan.
Misalnya, seorang yang semangat
besar untuk melakukan shalat tahajjud, ia lakukan mulai tengah malam
sampai dekat subuh sudah kelelahan karna berjam-jam melakukan shalat
tahajjud ingin mengikuti sunah, akhirnya sebelum adzan subuh dia
tergeletak tidur dan dia lewatkan shalat subuhnya yang fardhu sampai
terbitnya matahari, demikian yang dikatakan oleh Al Imam ibn Hajar
didalam fathul Baari yaitu jangan berlebih-lebihan jangan pula
kekurangan, sudah kita jangan banyak beribadah yang sunah dengar hadits
ini sudah jangan paksakan diri, kita memaksakan diri kita terus berbuat
dosa, kapan kita berusaha membenahi diri kita untuk mendapatkan pahala
dan ibadah, kadang-kadang kita tidak ingin berbuat dosa tapi terus diri
kita memaksakan lebih dari kemampuan untuk berbuat dosa bagaimana dengan
mendekat kepada Allah subhanahu wata’ala.
Dan Rasul shallallahu ‘alaihi
wasallam meneruskan sabdanya وَقَارِبُوا yaitu berkata Al Imam ibn Hajar
Asqalaniy didalam fathul Baari makna kalimat ini adalah: kalau kau
tidak mampu beramal yang tidak mampu kau lakukan sebagaimana orang-orang
mulia yang kau jadikan panutan maka dekatkan kepada amal itu walaupun
tidak sepertinya.
Kita dengar Rasul shallallahu
‘alaihi wasallam, Shalat malam sampai bengkak kakinya, kita tidak mampu
itu paling tidak mengikuti beliau shalat malam walaupun beberapa menit
semampu kita, demikian pula amal shaleh lainya, kalau tidak mampu yang
sempurna yang baik maka dekatkan semampu kita kepada yang paling baik
menurut kemampuan kita, maka dengan perjuangan itu kabar gembira bagi
kalian kata Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam. Sabda Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam:
وَاسْتَعِينُوا بِالْغَدْوَةِ وَالرَّوْحَةِ وَشَيْءٍ مِنْ الدُّلْجَةِ
Dan
perbanyaklah do’a untuk memohon pertolongan di pagi hari, di sore hari
maksudnya pagi hari itu saat waktu kita beraktifitas, banyak-banyak
bedo’a kepada Allah supaya aktifitas kita di limpahi keberkahan,
kesuksesan, keberhasilan dunia dan akhirah dan juga di sore hari selesai
aktifitas kita kerdo’a kepada Allah barangkali tadi banyak dosa yang
kita kerjakan supaya di ampuni Allah barangkali dari tadi banyak
perbuatan-perbuatan yang buruk yang bisa membawa musibah di masa
mendatang agar di ampuni Allah.
وَشَيْءٍ مِنْ الدُّلْجَةِ
Dan
di sedikit waktu diwaktu malam yang gelap, malam yang gelap adalah
malam yang gelap yaitu di tengah malam atau di akhir malam demikian di jelaskan oleh Al Imam Ibn Hajar Al Asqalaniy didalam kitabnya Fathul Baari bisharah Shahih Bukhari.
Dan beliau menjelaskan bahwa
hadits ini juga memberikan gambaran kepada kita, bahwa Allah subhanahu
wata’ala, tidak memaksakan lebih dari kemampuan kita dan Rasul
shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan kemuliaan tuntunan kemuliaan dan
Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam kelak akan memberikan syafa’ah bagi
ummatnya di hari kiamat. Sebagaimana Firman Allah subhanahu wata’ala:
الَّذِينَ آَمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ ( الأنعام : 82 )
”
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan
kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan
dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk “. ( QS. Al
An’am : 82 ).
Maka di riwayatkan di dalam
Shahih Al bukhari ketika ayat ini turun orang-orang yang beriman yang
tidak menyatukan iman mereka dengan perbuatan dholim, maka berkata para
sahabat “siapa diantara kita yang tidak pernah berbuat dosa, bagaimana
ini bisa kita lakukan ayat ini, betapa beratnya, maka turun firman Allah
subhanahu wata’ala, yang selanjutnya menjawab kerisauan para sahabat
itu dengan firman-Nya:
إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيم ( لقمان : 13 )
” Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar” ( QS. Luqman: 13 ).
Al Imam bin Hajjar mensyarahkan
makna ayat ini adalah bahwa Allah subhanahu wata’ala menjawab kerisauan
para sahabat, mereka risau dengan turunnya ayat ini siapa diantara kita
yang tidak berbuat dosa, lalu bagaimana dengan ayat orang-orang yang
beriman yang tidak tercampur iman mereka dengan dosa, yaitu suci dari
dosa, siapa yang diantara kita suci dari dosa, maka Allah beri
ketenangan mereka dengan ayat ini, yang dimaksud adalah orang yang
menyekutukan Allah subhanahu wata’ala tapi mengaku beriman, yaitu para
munafikin lisannya muslim tetapi hati sanubarinya memusuhi dan
menghancurkan islam, ini ada di masa sang Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam dan hingga saat inipun ada.
Berkata Al Imam Ibn Hajar Al Asqalaniy didalam kitabnya Fathul Baari bisharah Shahih Bukhari mensyarahkan hadits ini bahwa tiadalah
seseorang yang beriman kecuali pasti sampai kepada surganya Allah
subhanahu wata’ala, walaupun mereka pendosa dan melewati siksa mungkin
di dunia mungkin di barzakh, mungkin di neraka, namun ayat ini merupakan
jaminan juga bahwa tidak ada satu orangpun yang beriman kekal di dalam
neraka tentunya dengan syafa’at Sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam.
Jadi kita ini sudah tidak
menyekutukan Allah, sudah mengakui Nabi Muhammad utusan Allah, sudah
cukup tidak perlu beramal karna sudah pasti masuk surga, hati-hati
dengan perbuatan dosa yang meninggalkan perintah Allah dan melakukan
larangannya karna perbuatan dosa seperti itu hanyalah menambah musibah
kita di dalam kehidupan dunia, di alam barzakh dan di hari kiamat, makin
banyak dosa kita, makin banyak kesalahan kita makin banyak musibah yang
kita datangkan sendiri dengan perbuatan kita sendiri di dunia dan di
akhirat, semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita.
Habib Munzir Almusawa