Minggu, 09 Juni 2013

Seputar Pengetahuan Mimpi (yang benar)


Kedudukan Mimpi
Sesungguhnya wahyu telah terputus, sejak wafatnya Rasulullah saw,. Tidak mungkin lagi Allah menurunkan wahyuNya kepada seorangpun sebagai Nabi. Siapapun yang mengaku mendapatkan wahyu dari Allah ,dan karenanya ia mengaku sebagai nabi atau membuat syariat baru, maka telah nyata kedustaannya.
Berbeda dengan mimpi, mimpi bukanlah wahyu yang pasti benar dan harus diikuti. Secara umum mimpi adalah bunga bunga tidur manusia.Oleh sebab itu mimpi tidak bisa dijadikan dasar syariat dalam hukum Islam.

Imam Qurtubi rah.a. di dalam tafsir menyatakan bahwa mimpi termasuk salah satu bagian kenabian karena di dalamnya ada hal hal yang melemahkan (lawan) dan tidak bisa terjadi (di alam nyata) seperti terbang, merubah benda-benda, dan mengetahui sesuatu dari ilmu gaib sebagaimana nabi saw., sesungguhnya tidak tersisa dari kabar kabar gembira kenabian kecuali mimpi yang benar dalam tidur—Ringkasannya sesungguhnya mimpi yang benar berasal dari Allah Ta’ala adalah hak. Ia memiliki takwil yang baik . terkadang sebagian m,impitidak membutuhkan takwil. Di dalamnya terdapat keindahan dan kasih sayang Allah Ta’ala yang menambah keimanan seorang mukmin. Dan diantara ahli agama serta ahli ra’yi dan atsar yang hak, tidak ada perbedaan tentang hal ini dan tidak ada yang mengingkari mimpi kecuali orang orang atheis dan segolongan kecil dari kaum Mu’tazilah (tafsir Al-Qurthubi, surat yusuf 5)

Keterangan imam Qurthubi ini tidak perlu lagi dijelaskan . yang tersisa adalah Bagaimanakah jika mimpi itu yang hak, maka bagaimanakah hukum mengamalkannya ?
Imam Az-Zarkasyi dalam Ushul Fiqihnya; Al-Bahrul Muhith menjelaskan masalah ini: dari Taqiyidin Ibnu Daqiqil Ied, “apabila Rasulullah saw., memerintahkan suatu perintah, yang bertentengan dengan perintah Beliau dalam keadaan jaga (di alam nyata) seperti perintah untuk meninggalkan yang wajib atau yang sunnat, maka tidak boleh di amalkan. Dan apabila beliau memerintahkan suatu perintah yang tidak bertentangan dengan perintah beliau di kala jaga maka disunnahkan untuk mengamalkannya.
Syaikh Zakariya dalam Khashail Nabawi Syarah Syamail Tirmizi menyatakan “siapa yang melihat Rasulullah saw. Dalam mimpinya gambaran beliau adalah terpelihara dari gangguan syetan. Beliau sering bersabda, “barang siapa melihatku dalam mimpinya, sebenarnya ia telah melihatku, karena syetan tidak mampu menyerupaiku.” Dan barangsiapa yang bermimpi melihat Rasulullah saw yang bertentangan dengan sifat beliau atau bertentangan dengan pribadi agung beliau atau melihat beliau sakit atau sedih, dan sebagainya, atau beliau menyuruh melakukan sesuatu yang bertentangan dengan syariat atau tidak layak dengan derajat beliau, ini adalah kesalahan, dan kesilapan orang yang bermimpi itu (bukan karena kekurangan pribadi Rasulullah saw)

Para ulama ahli tafsir mimpi mengumpamakan mimpi dengan cermin, bahwa jika kita melihat sesuatu di alam cermin merah, maka benda yang kita lihat juga berwarna merah.dan jika di dalam cermin hijau, benda yang terlihat juga hijau. Demikian seterusnya. Sesuai dengan cermin yang berbeda, gambarnya juga berbeda. Oleh sebab itu, jika seseorang bermimpi melihat Rasulullah saw, memang sebenarnya ia telah melihat beliau, tetapi sifat dan gambaran yang dilihat tergantung pada pikiran dan pandangan orang itu sendiri. Bagaimana cara seseorang itu melihat suatu masalah, demikianlah ia akan melihat Rasulullah saw dalam mimpinya. Misalnya ahli sufi telah menulis jika seseorang itu melihat Rasulullah saw menyuruh mengejar keuntungan duniawi, maka dalam hal ini keburukan orang tersebut adalah sering lalai dan menurutkan hawa nafsu, hal ini dipaparkan melalui mimpinya dan ia dikehendaki tidak tenggelam dalam urusan duniawi.

Hadits-Hadits Mengenai Mimpi
Berikut ini adalah sebagian dalil yang menunjukkan tentang mimpi, sebagaimana yang telah disabdakan oleh Rasulullah saw.
Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah saw bersabda “Kini Nubuwwah tidak tersisa, kecuali Al-Mubasyiraat” para sahabat bertanya “Apa Al-Mubasyiraat itu?” sabda beliau”Al-Mubasyiraat adalah mimpi yang baik” (bukhari-misykatul mashabih 45,46) Ditambahkan oleh Malik dari riwayat Atha’ bin Yasar, “yaitu mimpi yang dilihat oleh seorang muslim atau yang telah diperlihatkan padanya.”
Dari Anas ra. Rasulullah saw bersabda, “mimpi yang baik adalah 1/46 bagian dari Nubuwwah.”
At-Thibi berkata,”hal ini menunjukkan bahwa mimpi yang saleh adalah bagian dari ilmu kenabian. Sedangkan kenabian sudah tidak tersisa lagi, tetapi ilmunya yang tersisa (berlanjut). Demikian makna hadits Nabi saw,”telah tiada kenabian, yang tersisa hanya Al-Mubasyiraat; mimpi shalehah”
Bagian dari kenabian artinya termasuk akhlak para nabi. Juga dikatakan mimpi itu sesuai dengan kenabian. Bukan karena bagian yang tersisa dari kenabian yang sesungguhnya. Dikatakan 1/46 bagian dari kenabian adalah karena zaman turunnya wahyu secara keseluruhan adalah 23 tahun, dan masa itu dimulai dengan wahyu mimpi shalehah. Hal itu terjadi selama 6 bulan tahun-tahun wahyu. Dihitung dari semua itu maka mimpi terhitung 1/46 bagian.
Alimulama telah menyampaikan berbagai pemahaman dalam hal ini. Ringkasnya, mimpi yang baik itu adalah rahmat dan sebagian dari ciri Nubuwwah . itu suatu kehormatan, kehebatan dan rahmat bagi orang tersebut. Hanya para nabi yang mengetahui serta memahami apakah hakekat yang dimaksud dengan 1/46 Nubuwwah itu.
Dari Abu Qatadah ra., Rasulullah saw bersabda, “mimpi yang baik datang dari Allah sedangkan mimpi yang tidak baik itu datang dari syetan. Jika seseorang darimu melihat sesuatu yang disenanginya maka jangan ia beritahukan mimpinya itu kecuali kepada orang yang dicintainya. Jika seseorang melihat sesuatu yang tidak ia senangi maka berlindunglah kepada Allah dari kejahatan dan jangan bicarakan kepada orang lain. Sedikitpun mimpinya iotu tidak akan merugikannya”
Dari Jabir ra., Rasulullah saw bersabda “jika salah seorang darimu bermimpi yang tidak menyenangkna baginya, maka ludahlah ke kiri sebanyak tiga kali dan mohonlah perlindungan kepada Allah dari syetan sebanyak tiga kali, kemudian berpalinglah dari arah yang tadi ia bermimpi.”

Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda “jika telah mendekat masa tibanya hari kiamat, maka  seorang mukmin hampir tidak ada kebohongannya, mimpi yang baik yang dilihat oleh seorang mukmin temasuk 1/46 dari Nubuwwah , dan Nubuwwah itu sedikitpun tidak ada kebohongannya.’ Muhammad bin Sirrin berkata “menurutku mimpi ada tiga macam, ada yang berupa ilusi, ada yang dikarenakan ditakuti oleh syetan, ada pula berita gembira dari Allah. Siapa yang bermimpi sesuatu yang tidak disenanginya, maka jangan ia ceritakan mimpinya itu kepada seorangpun. Hendaknya ia segera bangun dan melakukan shalat.”
Jabir ra berkata, “seseorang datang kepada nabi saw dan berkata “aku bermimpi seolah-olah kepalaku dipenggal” Nabi saw tertawa mendengarnya lalu bersabda “jika syetan mempermainkan salah seorang darimu dalam tidurnya, maka jangnalah ia ceritakan kepada orang lain”
Dari Abu Razin Al-Ukaili ra, Rasulullah saw besabda, “mimpi baik seorang mukmin termasuk 1/46 kenabian. Ia akan berada di atas kaki burung yang terbang selama mimpi baiknya itu belum ia bicarakan dengan orang lain, tetapi jika mimpinya itu telah dibicarakan ke orang lain, maka ia akan terjatuh.” Kata Abu Razin “Atau beliau bersabda “jangan ceritakan mimpi yang baik itu, kecuali kepada orang yang ia cintai atau orang yang mengerti”

Dari Abu Umar ra, Rasulullah bersabda “Termasuk dusta yang terbesar adalah seseorang yang mengaku bermimpi melihat sesuatu, padahal ia tidak bermimpi.”
Dari Abu Sa’id ra, bahwa nabi saw bersabda “mimpi yang paling benar adalah yang terlihat pada waktu sahur”

Mimpi melihat Rasulullah saw
Dari abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda “siapa yang bermimpi melihat akudi dalam tidurnya, maka benar-benar ia telah melihatku, sesungguhnya syetan tidak dapat menyerupai diriku”
Hadits-hadits yang semakna dengan hadits di atas juga diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud, Abu Malik Al-Asyja’i, Abu Qatadah, dengan riwayat Tirmidzi,. Maksudnya barangsiapa melihat nabi saw dalam mimpinya, maka sesungguhnya ia telah melihat Rasulullah saw yanfg  sesungguhnya secara sempurna. Tidak ada penyerupaan dantidan ada keraguan atas apa yang dilihatnya dalam mmpi itu, dan menunjukkan apa yang diucapkannya itu. Sesungguhnya ia telah melihat yang hak, atau ia telah melihat kebenaran.

Syaikhul Hadits berkata “sebagaimana Allah memelihara Rasulullah saw pada saat beliau hidup, juga memelihara beliau setelah beliau wafat dan syetan tidak dapat menyerupai beliau. Ini adalah ketetapan Allah. Satu permasalahan mungkin mncul, apakah yang dilihat itu benar-benar jasad Rasulullah saw? Yaitu orang yang melihat itu mampukah ia melihat Rasulullah saw dalam bentuk asli atau hanya melihat gambarannya? Misalnya ada orang duduk di sisi cermin dan gambarnya dapat dilihat oleh orang lain yang berada jauh sedikit, tetapi orang yang berada di dalam cermin itu tidak dapat dilihat karena terhalang. Para sufi berpendapat bahwa Rasulullah saw dapat dilihat dalam kedua keadaan tersebut. Ada orang yang melihat Rasulullah saw dalam bentuk asli dan orang yang hanya melihat gambar Rasulullah saw. Oleh sebab itu jika kita melihat Rasulullah dalam bentuk lain (gambaran) kita adalah seperti cermin bagi Rasulullah saw.
Penyusun Khasail Nabawi berkata satu permasalahan  mungkin muncul, yaitu pada saat manusia banyak di berbagai tempat dan diberlainan negara melihat Rasulullah Saw, pada masa yang sama dalam mimpi. Bagaimanakah Rasulullah saw,  dapat berada diberbagai tempat pada waktu yang sama ?.
Itu tidak heran karena Rasulullah saw tidak perlu berada di berbagai tempat itu dalam suatu masa, agar manusia melihatnya, tetapi mungkin manusia diberbagai tempat itudapat melihat beliu di satu tempat dalam waktu yang sama. Seperti matahari berada disuatu tempat dan banyak manusia diberbagai tempatyang berjauhan melihatnya. Dan juga apa jenis kaca mata yang dipakai untuk melihat maatahari; merah, hijau, dan sebagainya, karena matahari itu tetap dengan bentuk dan warna asalnya.
Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah bersabda , “ siapa yang melihatku didalam tidurnya, maka ia telah melihatku ketika ia terjaga dan tidak dapat menyerupauku”.
Qdhi izaz berkata, “artinya seseorang itu melihatnya atas sifat-sifat beliau yang telah diketahui pada masa hidupnya seandainya yang dilihat adlah sesuatu yang bertentangan opleh baliau makamimpinya itu bermakna takwil bukan hakiki. Dan ini akan lemah, akan benar apabila ia melihat sama antara sifat beliau yang telah atau pun yang selain nya. Allah telah mengistimewakan nabi saw., yaitu siapa yang bermimpi melihatnya itu adalah benar.semuanya benar dan syetan tidak dapat menyerupainya, yaitu agar syetan tidak dapat berbohong dengan lisan nya ketika orang tidur. Sebagai mana menjadi kebiasaan Allah yang telah memberikan mukjizat kepada para nabi as., dan sebagaimana syetan tidak dapat menyerupai sosok nabi saw. Ketika jaga seandainya terjadi, maka akan tercampur yang hak dan batil.”

Mimpi para sahabat ra.
Selain rasulullah saw sendiri yang kerap menceritakan mimpi-mimpinya kepada para sahabatnya kadang kala para sahabatnya yang menceritakan mimpinya kepada rasulullah saw.. diantaranya adalah sebagai berikut;
Dari ummu ala al-ansyariah “aku bermimpi ; utsman bin mazh’un diberi sebuah mata air yang terus m,engalir. Kitika ku ceritakan mimpi itu kepada nabi saw beliau bersabda, “itu adalah amaln utsaman bin mazh’un yang terus dialirkannya.
Dari ibnu huzainah bin tsabit, dari pamannya ; abu huzainah ra., bahwa ketika ia bermimpi ia bersujud diatas dahi rasulullahsaw., mimpi itu ddisampaikan kepada beliau, rasulullah saw segera berbaring telentang seraya berkata benarkan mimpimu itu” maka abu huzaimah segera bersujud diatas dahi nabi saw.”
Wallahu a'lam.
(di sadur dari berbagai sumber)

Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Yang belum punya ID gunakan " Anonymous " untuk memberi komentar.

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda