pustaka.abatasa : Rasulullah SAW bersabda: "Apabila tubuh hamba menggigil karena takut kepada Allah SWT, dosa-dosanya berguguran seperti daun-daun yang berguguran dari pohon".
Abû al-Layts r.a. berkata, "Allah memiliki
para malaikat di langit ketujuh. Mereka bersujud sejak Allah
menciptakan mereka hingga hari kiamat. Mereka menggigil ketakutan karena
takut kepada Allah SWT Apabila hari kiamat tiba, mereka mengangkat
kepala dan berkata, Mahasuci Engkau, kami menyembah-Mu dengan penyembahan yang sebenar-benarnya".
Itulah
firman Allah SWT: Mereka takut kepada Tuhan mereka yang di atas mereka
dan melaksanakan apa yang diperintahkan (QS. an-Nahl [16]: 50). Yakni,
mereka tidak berbuat maksiat kepada Allah sekejap mata pun.
Rasulullah
SAW bersabda, "Apabila tubuh hamba menggigil karena takut kepada Allah
SWT, dosa-dosanya berguguran seperti daun-daun yang berguguran dari
pohon." Dikisahkan bahwa seorang laki-laki tertambat hatinya kepada
seorang perempuan. Perempuan itu keluar untuk suatu keperluan. Laki-laki
itu ikut pergi bersamanya. Ketika mereka berduaan di padang sahara,
sementara orang lain sudah tertidur, laki-laki itu mengungkapkan isi
hatinya kepada perempuan tersebut: Perempuan itu berkata,"Lihatlah,
semua orang sudah tertidur."
Laki-laki itu senang mendengar
kata-kata itu. Dia mengira bahwa perempuan itu telah memberikan jawaban
kepadanya. Lalu, dia berdiri dan mengelilingi kafilah. Dia mendapati
orang-orang sudah tertidur. Lalu, dia kembali kepada perempuan itu dan
berkata, "Benar, mereka telah tidur." Namun, perempuan itu bertanya,
"Apa pendapatmu tentang Allah, apakah Dia tidur pada saat ini?"
Laki-laki itu menjawab, "Allah SWT tidak tidur. Dia tidak pernah
terserang kantuk dan tidur". Perempuan itu berkata, "Zat yang tidak
tidur dan tidak akan tidur selalu melihat kita walaupun orang lain tidak
melihat kita. Karena itu, Allah lebih pantas untuk ditakuti."
Akhirnya,
laki-laki itu pun meninggalkan perempuan tadi karena takut kepada Sang
Pencipta. Dia bertobat dan kembali ke kampung halamannya. Ketika dia
meninggal, orang-orang bemimpi melihatnya. Ditanyakan kepadanya, "Apa
tindakan Allah kepadamu?" Dia menjawab, "Dia mengampuniku karena
ketakutanku itu. Dengan demikian, terhapuslah dosa tersebut."
Dikisahkan
bahwa di tengah Bani Israil ada seorang ahli ibadah yang memiliki
keluarga. Lalu, dia tertimpa kelaparan sehingga badannya menggigil.
Istrinya pergi untuk mencari makanan bagi keluarganya. Kemudian, dia
sampai di rumah seorang saudagar itu makanan untuk keluarganya. Saudagar
itu berkata, "Ya, tapi serahkanlah dirimu kepadaku."
Perempuan
itu terdiam dan kembali ke rumahnya. Dia perhatikan keluarganya yang
sedang menjerit kelaparan dan berkata, "Ibu, kami akan mati karena
kelaparan. Berikanlah sesuatu yang dapat kami makan."
Perempuan
itu pergi lagi ke rumah saudagar tadi dan mengabarkan keadaan
keluarganya. Saudagar itu bertanya, "Maukah engkau memenuhi
keperluanku?" Perempuan ltu menjawab, "Ya".
Ketika mereka sedang
berduaan, persendian si perempuan itu mengigil sehingga anggota-anggota
tubuhnya hampir terlepas dari badannya. Melihat keadaan itu, sang
saudagar bertanya, "Ada apa denganmu?" Perempuan itu menjawab, "Aku
takut kepada Allah." Saudagar itu berkata, "Engkau saja takut kepada
Allah SWT dengan kemiskinanmu. Aku lebih pantas untuk takut kepada-Nya
daripada dirimu."
Karena itu, dia menjauhi perempuan itu dan
memenuhi kebutuhanya. Lalu, perempuan itu pulang menemui anak-anaknya
dengan membawa kenikmatan yang banyak. Anak-anaknya pun sangat
bergembira. Allah mewahyukan kepada Musa a.s., "Sampaikan kepada fulan
bin fulan bahwa Aku telah mengampuni dosa-dosanya."
Lalu, Musa
a.s. menemui saudagar itu dan berkata, "Tampaknya engkau telah
mengerjakan kebajikan diantara dirimu dan Allah." Kemudian, saudagar itu
menceritakan kisahnya. Musa a.s. berkata, "Allah SWT Telah mengampuni
dosa-dosamu." Demikianlah disebutkan di dalam Majma' al-Lathâif.
Diriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda, "Allah SWT, berfirman, Pada
hamba-Ku tidak berkumpul dua ketakutan dan dua rasa aman. Barangsiapa
yang takut kepada-Ku di dunia, Aku akan memberikan keamanan kepadanya di
akhirat. Sebaliknya, barangsiapa yang merasa aman kepada-Ku di dunia,
Aku akan memberikan rasa takut kepadanya pada hari kiamat."
Tentang hal itu, Allah SWT Berfirman; "Karena itu, janganlah kamu takut kepada manusia, tetapi takutlah kepada-Ku". (QS al-Mâ'idah [5]: 44).
"Karena itu, janganlah kamu takut kepada mereka, melainkan takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman". (QS. Ali 'Imrân [3]: 175).
'Umar
r.a. pernah jatuh pingsan karena takut ketika mendengar bacaan suatu
ayat al-Qur'an. Pada suatu hari, dia mengambil sebatang jerami, lalu
berkata, "Aduhai, alangkah baiknya jika aku menjadi jerami dan tidak
menjadi sesuatu yang disebut. Aduhai, alangkah baiknya jika dulu ibuku
tidak melahirkanku." Dia menangis terisak-isak sehingga air mata
membasahi pipinya. Oleh karena itu, pada wajahnya ada garis bekas
tetesan air mata.
Nabi SAW bersabda, "Tidak masuk neraka orang yang menangis karena takut kepada Allah hingga air susu kembali pada tetek."
Dalam Raqâ'id al-Akhbâr
disebutkan: Hari kiamat didatangkan kepada hamba maka
kejelekan-kejelekannya lebih banyak daripada kebaikan-kebaikannya. Lalu,
dia diperintahkan ke neraka. Bulu matanya berkata, "Wahai Tuhanku,
Rasul-Mu Muhammad SAW telah bersabda, Barangsiapa yang menangis karena takut kepada Allah, Dia mengharamkannya pada api neraka.
Lalu, aku menangis karena takut kepada-Mu." Karena itu, Allah
mengampuni dan mengeluarkannya dari neraka dengan berkah sehelai bulu
matanya yang ketika di dunia pernah menangis karena takut kepada Allah
SWT. Jibril a.s. berseru, "Fulan bin fulan selamat karena sehelai bulu
mata".
Dalam Bidâyah al-Hidâyah disebutkan: Pada hari
kiamat, didatangkan Neraka Jahanam yang nyalanya bergemuruh, dan setiap
umat berlutut karena takut kepadanya. Sebagaimana hal itu difirmankan
Allah SWT. Dan (pada hari itu) kamu lihat tiap-tiap umat berlutut.
Tiap-tiap umat dipanggil untuk (melihat) buku catatan amalnya (QS.
al-Jatsiyah [45]: 28).
Ketika mendatangi neraka, mereka mendengar
suara didih dan nyalanya. Gemuruh nyalanya terdengar hingga jarak
perjalanan lima ratus tahun. Setiap para nabi berkata, "Diriku, diriku,"
kecuali Rasullullah SAW. Beliau berkata, "Umatku, umatku." Dari Neraka
Jahim itu keluar api sebesar gunung. Umat Muhammad SAW berusaha
mendorongnya. Mereka berkata, "Wahai api, demi hak orang-orang yang
menegakkan shalat, yang bersedekah, yang khusyu' dan yang puasa,
kembalilah." Namun, api itu tidak mati kembali maka dipanggillah Jibril
a.s. Kemudian Jibril datang dengan membawa segelas air, lalu diberikan
kepada Rasulullah SAW. Jibril berkata, "Wahai Rasulullah, ambillah ini,
lalu siramkan pada api itu." Kemudian, beliau menyiramkannya pada api
sehingga ketika itu pula api itu padam.
Lalu Rasulullah SAW
bertanya, "Ini air apa?" Jibril a.s. menjawab, "Ini adalah air mata
orang-orang yang durhaka diantara umatmu. Mereka menangis karena takut
kepada Allah SWT. Lalu, aku diperintahkan untuk memberikannya kepadamu
agar disiramkan pada api itu, sehingga api itu menjadi padam dengan izin
Allah SWT" Rasulullah SAW Berdoa, "Ya Allah, anugerahilah aku dengan
dua mata itu tidak menjadi seperti yang digambarkan penyair :
Mengapa mataku tak menangis
karena dosa-dosaku,
Umurku lepas dan tanganku
tetapi aku tak tahu."
karena dosa-dosaku,
Umurku lepas dan tanganku
tetapi aku tak tahu."
Dikisahkan
dari Muhammad bin al-Mundzir r.a. bahwa ketika dia menangis, wajah dan
janggutnya dibasahi air mata. Dia berkata, "Telah sampai kabar kepadaku
bahwa api neraka tidak akan membakar tempat-tempat yang pernah dibasahi
air mata."
Karena itu, hendaklah orang Mukmin takut akan azab
Allah dan menjauhkan diri dari hawa nafsu. Allah SWT berfirman: "Adapun
orang yang melampaui batas dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka
sesungguhnya nerakalah tempat tinggalnya. Dan adapun orang-orang yang
takut pada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa
nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya". (QS an-Nazi'at
[79]: 37 dan 41).
Barangsiapa yang ingin selamat dari azab Allah
dan memperoleh pahala dan rahmat-Nya, hendaklah dia bersabar atas
kesengsaraan dunia dan ketaatan kepada Allah, serta menjauhi
kemaksiatan.
Dalam Zahr al-Riyâdh terdapat hadits yang
diriwayatkan dari Nabi SAW. Beliau bersabda, "Apabila para penghuni
surga masuk ke dalam surga, para malaikat menemui mereka dengan segala
kebaikan dan kenikmatan. Para malaikat itu menempatkan mimbar-mimbar
untuk mereka. Diberikan kepada mereka berbagai macam makanan dan
buah-buahan. Terhadap kenikmatan ini, mereka keheranan; Allah bertanya,
"Wahai hamba-hamba-Ku, mengapa kalian tampak keheranan? Ini bukan tempat
untuk merasa heran."
Mereka menjawab, "Sesuatu yang dijanjikan kepada
kami telah tiba waktunya." Allah SWT berfirman kepada para malaikat,
"Angkatlah hijab dari wajah mereka." Namun, para malaikat bertanya,
"Wahai Tuhan kami, bagaimana mereka akan melihat-Mu, bukankah dulu
mereka adalah orang-orang yang durhaka?". Allah SWT menjawab, "Angkatlah
hijab, karena mereka adalah orang-orang yang selalu berzikir, bersujud,
dan menangis di dunia karena ingin sekali-bertemu dengan-Ku."
Lalu,
hijab itu diangkat. Mereka memandang Allah, lalu menjatuhkan diri untuk
bersujud kepada Allah 'Azza wa Jalla. Allah berfirman kepada mereka,
"Angkatlah kepala kalian. Ini bukan tempat untuk beramal, melainkan
tempat kemuliaan."
Allah menampakkan diri kepada mereka tanpa
diketahui bagaimana penampakan diri-Nya, dan dengan rasa bahagia berkata
kepada mereka, "Salam sejahtera bagi kamu sekalian, wahai
hamba-hamba-Ku. Aku telah ridla kepada kalian. Apakah kalian ridla
kepada-Ku?" Mereka serentak menjawab, "Wahai Tuhan kami, bagaimana kami
tidak ridla, padahal Engkau telah memberikan kepada kami sesuatu yang
tidak terlihat mata, tidak terdengar telinga, dan tidak terpikirkan
kalbu manusia."
Inilah makna firman Allah SWT: "Allah ridla
terhadap mereka dan mereka pun ridla terhadap-Nya". (QS Ali 'Imrân [3]:
119). (Kepada mereka dikatakan), "Salam," sebagai ucapan selamat dari
Tuhan Yang Maha Penyayang (QS Yâsîn [36]: 58).
*****