Dinhikmah.com : Islam sebenarnya sudah menjawab segala problematika hidup dari segenap
seginya. Tetapi di masa kini sedikit sekali orang yang mengetahui dan
meyakini kesempurnaannya.
karena apa? Akhir-akhir ini banyak sekali segala sifat, ucapan, tindakan
yang tidak diterapkan dengan semestinya, Masih banyak sekali
orang-orang yang merasa dirinya benar sendiri dengan ilmu
yang diketahui nya, padahal jika mengorek lebih lanjut, hanya dusta yang
selalu ia ucapkan. sebenar nya ia tidak mengetahui apa-apa dalam
agama, bahkan ia berani menafsirkan Alqur'an menurut pemahaman nya
sendiri tanpa didasari ilmu yang mumpuni..
Bukan kah lebih baik diam dari pada memberikan ilmu yang ia tidak tau
kebenaran nya.??
Dari Ibnu 'Abbas r.a. berkata
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, "di dalam agama itu
tidak ada pemahaman berdasarkan akal pikiran, sesungguhnya agama itu
dari Tuhan, perintah-Nya dan larangan-Nya."
(Hadits riwayat Ath-Thabarani)
Dari Ubaidulllah bin Abdullah bin Utbah, Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu'anhu berkata,
"Tidaklah engkau menyampaikan (suatu ilmu) kepada suatu kaum dengan sebuah pembicaraan yang tidak bisa dicapai oleh akal mereka melainkan pasti akan menimbulkan fitnah/kesalahpahaman pada sebagian mereka."
(HR.Muslim dalam mukadimah shahihnya)
Al-Qosim bin Muhammad berkata,
"Termasuk bentuk pemuliaan seseorang terhadap dirinya yaitu ia tidak berkata kecuali sesuatu yang ia telah kuasai ilmunya"
[Atsar riwayat Al-Baihaqi dalam Al-Madkhol ila As-Sunan Al-Kubro 1/434 no 805]
jika kita tidak mengetahui ilmu yang Haq, Allah subhanahu wa ta'ala menyuruh kita diam sebagaimana firman nya:
"Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta 'ini halal dan ini haram', untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung,"
(Hadits riwayat Ath-Thabarani)
Dari Ubaidulllah bin Abdullah bin Utbah, Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu'anhu berkata,
"Tidaklah engkau menyampaikan (suatu ilmu) kepada suatu kaum dengan sebuah pembicaraan yang tidak bisa dicapai oleh akal mereka melainkan pasti akan menimbulkan fitnah/kesalahpahaman pada sebagian mereka."
(HR.Muslim dalam mukadimah shahihnya)
Al-Qosim bin Muhammad berkata,
"Termasuk bentuk pemuliaan seseorang terhadap dirinya yaitu ia tidak berkata kecuali sesuatu yang ia telah kuasai ilmunya"
[Atsar riwayat Al-Baihaqi dalam Al-Madkhol ila As-Sunan Al-Kubro 1/434 no 805]
jika kita tidak mengetahui ilmu yang Haq, Allah subhanahu wa ta'ala menyuruh kita diam sebagaimana firman nya:
"Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta 'ini halal dan ini haram', untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung,"
(QS.An-Nahl: 116)
itulah akibatnya jika kita memberikan ilmu yang kita tidak tau kebenaran nya, ada baiknya kita memahami dan merenungkan ayat diatas.
Suatu hari, al-Qasim bin Muhammad pernah ditanya lalu ia menjawab, "Allahu a'lam." Kemudian ia berkata, "Demi Allah, lebih bagus seseorang itu hidup jahil, setelah mengetahui hak-hak Allah atas dirinya, daripada mengatakan apa yang tidak ia ketahui,"
(Shahih, HR. ad-Darimi 1/48)
itulah akibatnya jika kita memberikan ilmu yang kita tidak tau kebenaran nya, ada baiknya kita memahami dan merenungkan ayat diatas.
Suatu hari, al-Qasim bin Muhammad pernah ditanya lalu ia menjawab, "Allahu a'lam." Kemudian ia berkata, "Demi Allah, lebih bagus seseorang itu hidup jahil, setelah mengetahui hak-hak Allah atas dirinya, daripada mengatakan apa yang tidak ia ketahui,"
(Shahih, HR. ad-Darimi 1/48)
Barang siapa yang tahu akan
dirinya maka dia kan tahu akan tuhannya, dan siapa yang sudah tahu akan
tuhannya maka dia akan merasa paling bodoh, dan tidak merasa paling
benar sendiri.
Diriwayatkan dari 'Abdullah bin Mas'ud berkata, "Bagi yang tahu hendaklah mengatakan apa yang ia ketahui. Dan bagi yang tidak tahu hendaklah mengatakan, Allaahu a'lam. Sebab termasuk ilmu adalah mengatakan, 'Aku tidak tahu' dalam perkara yang tidak ia ketahui ilmunya."
Sebab Allah berfirman kepada Nabi-Nya,
Diriwayatkan dari 'Abdullah bin Mas'ud berkata, "Bagi yang tahu hendaklah mengatakan apa yang ia ketahui. Dan bagi yang tidak tahu hendaklah mengatakan, Allaahu a'lam. Sebab termasuk ilmu adalah mengatakan, 'Aku tidak tahu' dalam perkara yang tidak ia ketahui ilmunya."
Sebab Allah berfirman kepada Nabi-Nya,
"Katakanlah (hai
Muhammad), Aku tidak meminta upah sedikitpun ke-padamu atas dakwahku;
dan bukanlah aku termasuk orang-orang yang mengada-adakan,"
(QS.Shaad: 86).
(QS.Shaad: 86).
Jika ada seseorang yang menfatwakan agama tanpa didasari ilmu yang Haq, Janganlah dadanya merasa berat untuk mengatakan kebenaran dan menyatakannya. Karena sesungguhnya Allah menolongnya dan menunjukinya. Bagaimana tidak, itulah kedudukan yang Allah sendirilah yang menanganinya, Allah SWT berfirman, "Dan mereka minta fatwa kepadamu tentang para wanita. Katakanlah, Allah memberi fatwa kepadamu tentang mereka, dan apa yang dibacakan kepadamu dalam Al-Qur’an,"
(QS.An-Nisaa’: 127).
Wallaahu a’lamu bishshawaab, In kaana shawaaban faminallaah, wa in kaana khatha-an, faminnii waminasysyaithaan, wallaahu waraosuuluhuu barii-aan.
"Dan Allah Yang Paling Mengetahui apa yang benar, Kalau apa yang saya sampaikan itu benar, maka kebenaran itu datang dari Allah. Kalau apa yang saya sampaikan itu keliru, maka ia berasal dari diri saya dan dari syaithan. Allah dan RasulNya tidak ada keterlibatan"
Allahumma inni a'udzubika minal khubsi wal-khabaa-is